Bagi penulis sendiri, ada dua hal yang menjadi catatan penting terkait peristiwa ini.
Pertama, kacaunya integrasi antar departemen ternyata bukan hanya milik Indonesia saja, tetapi juga milik negara adikuasa seperti Amerika Serikat. Memang terlihat konyol koordinasi antar kantor Kastaf Gabungan AS, Imigrasi dan US Custom and Border Protection ini. Gatot adalah tamu undangan dari Kastaf Gabungan AS, lalu imigrasi mengeluarkan visa kunjungan. Namun ternyata beliau ini sudah dicekal "satpam AS" sejak masih di bandara di negaranya sendiri!
Kedua, ini seharusnya bisa menjadi catatan bagi Gatot dalam berpolitik. Musibah memang tidak tahu kapan datangnya, tetapi setidaknya bisa diantisipasi dengan pola pikir yang terukur.
penulis kemudian menghubungkan semua "catatan kontroversial" sang jenderal yang berujung kontarproduktif karena "salah mengukur."
Pemutaran film G3oS diseluruh komando militer justru membuat dirinya menjadi bahan tertawaan. Film G3oS garapan Arifin C Noer itu adalah film fiksi, bukan film dokumenter yang mendokumentasikan kejadian secara akurat sesuai dengan kondisi sebenarnya.
Kasus penyeludupan 5000 pucuk senjata api dengan mencatut nama presiden Joko Widodo yang dilontarkan Gatot tiga tahun lalu itu kemudian membuat Indonesia gempar. Ternyata BIN (Badan Intelijen Negara) memesan 517 pucuk senjata "Non Spesifikasi Militer" dari PT Pindad (PT Persero Perindustrian Angkatan Darat) untuk keperluan latihan personil bagi sekolah intelijen BIN. Pembelian senjata tersebut juga bersumber dari APBN! Jadi senjata BIN tersebut bukanlah senjata seludupan dari luar negeri, dan jumlahnya juga bukan 5.000 pucuk!
Teranyar, Gatot ikut dengan rombongan KAMI. Awalnya aksi KAMI ini mendapat perhatian lumayan besar dari masyarakat, sampai kemudian berujung celaka. Rupanya beberapa pentolan KAMI terlibat kegiatan asusila eh melanggar hukum, dan langsung dicokok aparat keamanan.
Gatot yang tadinya bersuara kencang menentang UU Ciptaker, kemudian balik kanan gerak menjelaskan kalau UU Ciptaker ini memang sudah lama menjadi cita-cita Jokowi, dengan tujuan mempermudah investor berinvestasi di Indonesia. Pada akhirnya investasi akan menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Pikir itu pelita hati. Terlalu banyak mikir bisa makan hati. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Kalau tak bisa berenang, jangan coba-coba untuk menyeberangi sungai.
Daripada capek mikirin politik lebih baik kita joged saja jenderal. Akang kendang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H