Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo UU Cipta Kerja, Sebuah Trigger untuk Membuat Kerusuhan

13 Oktober 2020   17:55 Diperbarui: 13 Oktober 2020   18:36 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pandangan penulis, demo UUCK ini hanyalah sebuah trigger belaka. Ibarat bom, UUCK adalah alat pemicu untuk mengaktifkan bom yang sesungguhnya. Lalu apa/siapakah pemilik bom yang sesungguhnya?

Jawabnya beragam. Mulai dari orang iseng, orang/kelompok sakit hati, orang yang berkepentingan pada Pilkada Desember nanti, dan tentu saja orang-orang (para mantan) yang bermimpi untuk menangguk di air keruh, agar bisa menjadi penguasa di negeri ini.

Lalu siapakah yang diuntungkan dengan demo ini?

Oh, ternyata banyak sekali sodara-sodara sebangsa setanah air. Yang pertama tentu saja tukang spanduk dan sablon! Yang kedua PKL dan asongan rokok, tisu, air mineral dan jajanan di sekitar demo.

Lalu mahasiswa yang ingin eksis sekaligus bisa berswafoto dengan background yang instgramable. Kemudian pengamat politik ataupun yang merasa pengamat politik, akan ramai menjadi nara sumber di televisi. Selain mendapat amplop, lumayan juga bisa numpang eksis di televisi.

Aparat keamanan juga ikutan senang. Dana operasional segera cair dari atas maupun dari Pemda.  Para pengusaha juga tidak keberatan membantu dana operasional komandan. Yang sedih ya itu, aparat bawahan. Bermodalkan APD dan tameng, mereka ini terus ditimpuki batu dan Molotov oleh pendemo.

Mereka ini cuma bisa bertahan di tempat karena perintah komandan. Sedih memang melihat polisi "kelas rendahan" ini. Coba bayangkan kalau mereka ini adalah anak, bapak, abang, adik atau pacar kita sendiri. Mereka ini ditimpuki batu tapi tidak boleh melawan, karena perintah atasan.

Pakde juga akhirnya senang kalau ada demo. Beliau lalu berkata, "Hayo, mana yang kemarin mau demo minta Pilkada ditunda karena takut bikin cluster baru, hmm.. katanya politik dinasti, makanya Pilkada diteruskan, hmm...

Lha ini koq rame-rame dari siang sampe malem, tapi aman-aman aja kan? Ya sudah, Pilkadanya diteruskan saja ya, wong Pilkada itu cuma 15 menit saja. Datang, daftar, coblos trus pulang, ya pasti aman dong, hehehe..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun