Fabio Quartararo gagal meraih gelar juara keempatnya musim ini di Sirkuit Le Mans setelah hujan turun membasahi trek sebelum balapan dimulai. Race Direction kemudian menyatakan balapan MotoGP Le Mans sebagai wet race.
Mendung kelabu disertai hujan ternyata bukan hanya milik para pujangga yang suka mengungkapkan rasa baper di hatinya lewat media hujan. Â Apalagi hujan itu memang sering meninggalkan genangan dan kenangan...
Para pebalap Yamaha dan Suzuki kemudian juga kompakan seperti pujangga, memakai hujan sebagai biang kerok kegagalan mereka berprestasi di Le Mans. "Mbah kakung Rossi-din" kemudian menjadi orang pertama yang menderita akibat terpeluk hujan. Usia memang tidak bisa dibohongi. Udara dingin sering membuat rematik dan encok-encok kambuh. Kaki dan tanganpun menjadi kaku, pegel dan linu. Apalagi sangat sulit mencari parem kocok atau jamu tolak angin di Perancis sana...
Jatuhnya Rossi di awal balapan tadi, membuat Joan Mir (dan juga Vinales) tertahan di barisan belakang. Cipratan air dari belakang motor pebalap di depannya, membuat Mir tak berani menjalankan strategi slipstream yang menjadi andalan duo pebalap Suzuki selama ini di dua pertiga balapan. Ambyar rek, keluh Mir dalam hatinya sambil menyalahkan sang hujan.
Alex Rins yang tadinya bertarung gagah berani, bahkan berhasil mengacak-acak kedigdayaan trio Ducati di gugus depan medan perang, akhirnya tersungkur juga di aspal Le Mans yang menyisahkan sedikit air hujan...
Ah sayang, seandainya Rins mau bersabar dan tidak memaksakan diri. Ah, Rins memang suka begitu, bukan begini... Ini menjadi jatuh yang ketiga kalinya bagi Rins. Sebelumnya ia sudah terjatuh di Spanyol dan Austria. Sembilan kali balapan dan terjatuh tiga kali bukanlah prestasi bagus buat seorang pebalap. Kalau terjatuh kepelukan umbrella girl pastilah asik. Namun kalau sampai terjatuh ke aspal, duh, sakitnya tuh disini. Dan catat, Rins ini ketika terjtuh selalunya sedang dalam posisi bagus-bagusnya. Seandainya Rins tidak terjatuh di Le Mans, setidaknya podium tiga masih bisa diraihnya.
Bayangkan kalau Rins bisa berada di podium Le Mans, pasti gengsinya akan naik. Lihat saja tabel hasil balapan kemarin itu. Delapan besar pebalap terdepan didominasi oleh mesin bermazhab V4 lewat Ducati, Honda dan KTM. Sementara itu Yamaha berada di posisi Sembilan (Quartararo) dan sepuluh lewat Vinales. Padahal posisi pole dipegang oleh Quartararo. Namun hujan bulan Oktober kemudian melunturkan pole Quartararo.
Sensasional adalah kata yang tepat untuk menggambarkan torehan Alex Marquez di Le Mans ini. Betapa tidak, ia start dari posisi delapan belas untuk kemudian finish di posisi dua. Ini menjadi podium pertama Alex di MotoGP, dan podium pertama juga bagi Honda musim ini. "Motor celeng" itu rupanya sangat asik dikendarai ketika hujan turun membasahi sirkuit. Bahkan kalau sekiranya Alex lebih berpengalaman, bukan mustahil ia bisa meraih gelar juara pertamanya di Le Mans ini.
Dalam balapan kemarin itu, Alex terlalu banyak kehilangan waktu di belakang Dovi yang bermasalah dengan ban belakangnya. Jam terbang Dovi yang tinggi kemudian bisa menahan laju Alex sampai beberapa lap. Pada lap ke-24 barulah Alex berhasil mengasapi Dovi. Alex kemudian memburu Petrux (Danillo Petrucci) namun waktu tak cukup lagi. Alex kemudian finish 1,2 detik di belakang Petrux.
Apakah Alex sudah bisa beradaptasi dengan motornya? Wallahu a'lam. Namun penulis yakin kalau sekiranya pada balapan berikutnya, sirkuitnya basah seperti Le Mans kemarin, Alex akan mampu masuk lima besar.
Pebalap Honda lainnya, Stefan Bradl yang menggantikan posisi Marc Marquez juga bermain baik dan memperoleh poin pertamanya di Le Mans Ini. Padahal biasanya posisi Bradl selalu menjadi yang paling buncit. Cal Crutchlow juga tampil baik, sayangnya ia crash. Hal ini semakin menambah keyakinan penulis bahwa Honda RC213V spek 2020 ini memang tidak cocok dikendarai dalam "situasi normal." Namun berkah bagi Honda, motor ini adalah jagoan wet race. Tak percaya? Tanyakan pada Alex, Cal dan Bradl!
Pebalap yang selalu menjadi jagoan Honda sepanjang musim ini, Takaaki Nakagami justru tampil kalem tapi konsisten. Penampilannya memang tidak menggila seperti Alex, Cal dan Bradl. Usut punya usut, ternyata Nakagami memakai motor lawas RC213V spek 2019 yang "tetap waras dalam balapan normal maupun wet race."
Jadi saran penulis bagi tim Honda adalah sebagai berikut. Dalam waktu tersisa ini rasanya mustahil untuk melakukan pengembangan motor. Jadi Langkah termudah dan termurah adalah dengan mendatangkan pawang hujan dari Indonesia untuk menghadapi sisa lima balapan lagi. Tujuannya jelas untuk membuat wet race!
Petrux memang bukanlah pebalap sensasional. Karir balapannya juga terbilang unik, tidak seperti kebanyakan pebalap lainnya yang memulai karir dari kelas Moto3, Moto2 baru kemudian MotoGP. Petrux memulai karir balapan lewat Superstock 600 Eropa dan kemudian Superstock 1000 Eropa. Â Tahun 2015 ia kemudian bergabung dengan Pramac Ducati, untuk selanjutnya naik kelas ke tim pabrikan menggantikan Lorenzo yang pindah ke Honda.
Tahun lalu Petrux meraih gelar pertamanya di MotoGP setelah berhasil menjuarai GP Mugello 2019 di kampung halamannya sendiri. Musim inipun prestasi Petrux memang terbilang buruk, sehingga Ducati tidak mau memperpanjang kontraknya. Musim depan tempatnya akan digantikan oleh pebalap muda Pramac Ducati, Jack Miller. Apalagi musim depan Petrux akan merayakan ulangtahunnya yang ke-30!
***
Sejak tahun 2000, Honda berhasil menjadi juara sebanyak 10 kali, Yamaha 9 kali, Suzuki dan Ducati masing-masing sekali. Jorge Lorenzo menjadi kampiun sebanyak lima kali, Marc Marquez dan Rossi masing-masing tiga kali. Artinya karakter sirkuit ini cukup baik bagi semua tipe mesin. Di trek lurus mesin V4 lebih unggul, sedangkan di tikungan cepat mesin I-4 lebih unggul.
Namun kali ini situasinya sangat berbeda. Ada dua faktor yang menjadi penyebabnya yang kebetulan saling berkaitan, yakni hujan dan ban.
Sirkuit yang basah jelas membuat mesin I-4 segaris tidak mungkin melibas tikungan cepat dengan kecepatan tinggi, karena risikonya adalah crash. Dengan kondisi begini, keunggulan Yamaha dan Suzuki menjadi sirna.
Musim ini daya cengkram ban Michelin 2020 sangat baik dan sangat menguntungkan Yamaha dan Suzuki ketika melibas tikungan cepat. Sebaliknya hal itu justru merugikan mesin V4 karena mereka melibas tikungan cepat dengan cara slide. Cengkraman ban yang kuat justru membuat ban tidak slide seperti yang diharapkan, dan membuat motor cenderung lurus ke luar dari lintasan!
Di Le Mans kemarin, Ducati, Honda, KTM dan Aprillia kemudian menikmati balapan yang menyenangkan karena bisa memaksimalkan karakter motor mereka sesuai dengan kondisi sirkuit. Di lintasan lurus mereka bisa memacu motor sekencangnya berkat grip ban yang baik. Di tikungan, berkat bantuan trek yang basah, merekapun bisa mengatur slide seperti yang diharapkan. Jadi kondisi sirkuitlah yang membuat mesin V4 kali ini unggul telak dari mesin I-4.
Pekan depan balapan akan berlangsung di sirkuit Aragon, Spanyol. Balapan yang kini sudah memasuki musim gugur, membuat cuaca menjadi susah diprediksi. Siapakah yang akan Berjaya di sana? Tak ada yang berani menebak. Jadi kita nikmati saja balapan minggu depan sampai usai.. Â Â
Salam MotoGP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H