Setelah acara tangis-tangisan selesai, maka kini masuk sesi foto bersama pengantin. Namun kali ini ada nuansa berbeda. Pengantin pria berdiri di tengah, diapit kedua mantan istri. Istri pertama di sebelah kanan, istri kedua di sebelah kiri. Kedua mantan istri itu memandang pengantin pria dengan tatapan penuh arti. Apa artinya akupun tak tahu. Mungkin hanya tuhan dan kedua wanita itu saja yang tahu, sedangkan pengantin pria tampaknya tak mau tahu. Sementara itu pengantin wanita berdiri menjauh seorang diri.
Drakor dan drarinda berlalu, kini hadir drakulo! Kalau tadinya kedua mantan istri berlari meluk pengantin pria, maka kini pengantin wanita yang berlari untuk memelukku! Sambil menangis Santi kemudian berkata, "Aduh Pram kamu koq belum move-on sih, kamu jangan mikirin aku terus dong, aku jadi sedih lihat kamu kayak gini. Kamu makin kurusan aja ya..."
Aku hanya bisa bengong mendengar mulut santi yang tak henti berkicau. Aku makin kurusan? Beratku sendiri sudah naik sepuluh kilo sejak berpisah dengan Santi lima tahun lalu!
Sepuluh menit berlalu ketika Santi kemudian melepaskan pelukannya dari tubuhku. "Apa yang masih kau ingat dariku Pram?" bisik Santi mesra ke telingaku. "Ketiakmu bau pete, nafasmu bau jengkol" kataku ketus. Seketika ia menjauh dariku. Aku sebenarnya ingin mengenalkan Miranda kepadanya. Apalagi Miranda jauh lebih cantik dan lebih wangi darinya. Namun Miranda tidak kelihatan. "Apakah ia ke toilet?" bisikku dalam hati.
Sebuah notifikasi di hape kemudian meng-ambyarkanku. "Jangan pernah coba-coba menghubungiku, lewat WA, fb, Instagram, darat, laut, udara, kepolisian atau apapun. Jangan pernah datang ke rumahku. Kalaupun nanti kita ketemuan di jalan, pastikan untuk menjaga jarak. Jangan juga kamu bersiul di depanku. Awas kamu nanti aku polisikan! ttd. Miranda.
Aduh ambyar tenan rek! Aku segera berlalu tanpa menghiraukan panggilan MC untuk sesi berfoto bersama kedua penganten. Pokoke aku moh!
Sejenak aku menghentikan langkah ketika melewati gedung B, tempatku seharusnya berada yaitu resepsi Susan dan Rully. Namun aku tak berani masuk. Aku sudah ketimpa musibah di Gedung A. Takut sudah jatuh ketimpa tangga pula. Entah apa pula yang menantiku di Gedung B.
Sayup-sayup aku mendengar biduan itu berteriak. "Tarik seeeeessss...Semongkooooooo..." Lalu musik dangdutpun bergoyang dan semua orang berjoged. Â Akupun ikut berjoged. Mau sedih ataupun senang, yo wes dijogetin aja mas.
"Tarik seeeeessss...Semongkooooooo..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H