Lihatlah apa yang terjadi antara Pecco dan Vinales sampai lap ke-22 sebelum Pecco crash. Keunggulan Vinales sebagai raja tikungan cepat bisa direduksi Pecco berkat keunggulan tenaga Ducati selepas keluar dari tikungan. Kalau Miller tidak retired, bisa saja Vinales dijadikan sandwich oleh Pecco dan Miller.Â
Tapi kemudian muncul pertanyaan menarik, mengapa Pecco terjatuh di lap ke-22 tersebut? Di atas penulis sudah menjelaskan penyebabnya, yakni karena ban belakang Soft Pecco sudah aus. Pertanyaan semakin menarik karena Pecco sendiri tidak tahu penyebab mengapa ia terjatuh, padahal ia tidak melakukan kesalahan!
Dalam opini penulis sebagai pengamat kelas receh bin abal-abal, jawabannya terletak pada riding style Pecco. Riding style Pecco sejak start hingga dua pertiga balapan itu sudah tepat. Itulah sebabnya ia bisa memimpin balapan. Namun sejak itu ban belakangnya sudah aus, dan seharusnya ia kembali ke "fitrah" dengan mengubah riding style-nya kembali ala motor V4, yakni dengan sedikit nge-drift ketika melibas tikungan. Sebab hanya itulah satu-satunya cara agar ia tidak crash, dan kehilangan banyak waktu dalam mengontrol motor ketika melibas tikungan cepat.
Apa yang dilakukan Pol Espargaro (KTM) sangat menarik, karena ia melakukan dan mengalami hal yang sama juga seperti Pecco. Sejak lap ke-20 ban belakang sebenarnya sudah aus, tapi ia kemudian mengubah riding style-nya kembali. Dengan kondisi ban aus itu, Pol setidaknya masih mampu enam lap menahan Mir dan Quartararo, untuk kemudian menyegel Podium tiga.
Ahad kemarin itu ada dua orang yang sangat berbahagia. Kebetulan keduanya berada di Podium. Yang satu karena berhasil mengatasi rasa takutnya. Yang satu lagi karena berhasil menemukan satu resep baru dalam mengendarai motor, yang sama pentingnya dengan resep rahasia ayam goreng KFC milik Kolonel Sanders...
Salam MotoGP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H