Kini kepercayaan diri Vinales semakin bertambah kuat dan ia segera "Gass Poll" agar bisa "Semakin di Depan." Vinales kemudian memilih ban kompon Medium-Medium yang lebih moderat.Â
Kemenangan Vinales ini sepertinya terbantu oleh nasib apes Pecco yang terjatuh ketika sedang memimpin balapan. Benarkah demikian? Menurut penulis tidak begitu. Penjelasannya begini. Dalam tulisan lalu, penulis memberi catatan. "Akan halnya penampilan Francesco Bagnaia yang menggila, memang agak diluar kelaziman karena ia membalap bak Marc Marquez."
Kenapa penulis berkata begitu, karena Pecco mengendarai Ducati Desmosedici V4 dengan ban kompon Hard-Soft, yang keausan bannya lebih cepat dari Yamaha dan Suzuki. Kala itu Pecco menggondol podium dua dengan best lap, 1:32,706.
Pada balapan MotoGP Emilia Romagna (Misano jilid II) Pecco kembali memakai ban kompon Hard-Soft, dan membukukan best lap, 1:32,319 atau lebih cepat 0, 387 detik. Selain itu Pecco juga selalu gas poll dengan pace tinggi sejak overtake Vinales di lap ke-7. Artinya pada Misano jilid II ini, ban Pecco lebih aus daripada Misano jilid I. Entah ada yang menyadarinya atau tidak.
Jantung penulis bergedup keras. Sampai berapa lamakah Pecco mampu mempertahankan race pace tinggi tersebut? Akankah ia menjadi pebalap ke enam yang berhasil menjuarai seri ketujuh ini? Marquez juga sangat menyukai kompon Hard-Soft. Namun ketika tahun lalu juara di sini, ia menggunakan ban kompon Medium-Medium!
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Pecco tak kuasa menentang Hukum Alam. Motornya tergelincir karena grip ban tak mampu lagi menahan beban motor di tikungan dengan kecepatan tinggi, dimana sudut antara aspal dengan motor juga sangat kecil.
Rekan setim Pecco, Jack Miller juga bernasib sial. Sempat memimpin selepas start, tapi motor Miller kemudian bermasalah dan ia harus segera mengakhiri balapan. Usut punya usut, ternyata tear-off (pelapis helm) Quartararo masuk ke airbox Desmosedici Miller, membuat motor itu seketika "bengek" "@fabioquartararo20 Saya menemukan sesuatu milikmu," tulis Miller yang juga mengunggah foto pelapis helm itu dengan tanda "20" yang merupakan nomor balap Quartararo.
Lain Vinales, lain pula Quartararo yang mengalami apes karena terkena penalti 3 detik. Penalti ini diberikan karena Quartararo lima kali terciduk melewati run-off (area berwarna hijau di tepi/luar lintasan) yang seharusnya tidak boleh dilewati pebalap lebih dari tiga kali.
Dulu run-off ini berisi gravel, yang berfungsi untuk meredam benturan ketika pebalap terjatuh. Ketika pebalap berada di lintasan run-off ini, artinya pebalap itu sebenarnya sudah keluar dari lintasan! Jadi run-off ini bak "pintu emergency" agar pebalap yang "kepepet" bisa kembali masuk ke lintasan.
Nah, dalam hal ini Race Direction menganggap Quartararo berbuat "nakal" karena "menyelam sambil minum air." Misalnya pada tikungan T3, kecepatan maksimal adalah 120 km/jam. Di atas itu, pebalap pasti akan keluar dari lintasan. Kebetulan di tikungan T3 itu ada lintasan run-off.
Rupanya Race Direction sudah lama memelototi data telemetri. Nah, kecepatan Quartararo sering diatas kecepatan maksimal dengan memanfaatkan run-off tadi. Wah, pantesan Quartararo disebut sebagai pebalap raja speed corner, rupanya "titik titik.."