Jadi bagi penulis, sangat menarik menunggu kiprah Pecco, Frankie, Mir dan Miller di sisa seri berikutnya.
Catatan penting lainnya adalah tim satelit Yamaha, Petronas Yamaha SRT, lewat Fabio Quartararo dan Franco Morbidelli menjadi satu-satunya tim yang berhasil mengantarkan kedua pebalapnya menjadi juara seri MotoGP.Â
Sementara itu tim pabrikan Yamaha sendiri cuma bisa menghantar kedua pebalapnya "untuk mendampingi" pebalap muda tim satelit tadi.
Tim Suzuki yang terlihat sendirian, tampaknya harus sedikit bersabar ditengah kebangkitan Yamaha dan KTM. Namun mereka sudah sangat dekat, dan terlihat adanya peningkatan kualitas strategi balapan. Mugi-mugi mas Rins dan mas Mir ini bisa menggondol satu atau beberapa juara seri MotoGP ditengah keroyokan Yamaha, KTM dan Ducati. Â
Honda, mana Honda?
Ketika Casey Stoner pamit dari Honda sebagai pebalap penguji, beliau meninggalkan catatan, karena pengembangan Honda terlalu fokus dengan kemauan Marc Marquez seorang.
Dulu mungkin tak sedikit yang mencibir catatan Stoner tersebut, namun kini semua orang paham apa yang dimaksut Stoner tersebut.
Duduk (berdiri maupun jongkok) di posisi terbawah klasemen dengan hanya meraup 15 poin saja, membuat tim pabrikan Honda, Repsol Honda Team mencatat sejarah terburuk dalam kiprah mereka selama ini di MotoGP. Bahkan sebelum era Valentino Rossi maupun Mick Doohan merajai balapan MotoGP bersama Honda, tim ini belum pernah dipermalukan sedemikian hebatnya.
Honda sudah seharusnya berpikir secara arif. Kalau seandainya Marc Marquez tidak bisa balapan lagi, atau Marc tiba-tiba hengkang ke Ducati, apa yang bisa diperbuat Honda?
Sebab hanya ada satu Marc Marquez, tapi Honda bisa mencetak banyak pebalap hebat seperti Mick Doohan, Valentino Rossi, Dani Pedrosa dan lainnya dengan meningkatkan bakat dan kemampuan pebalap untuk disinergikan dengan pengembangan motor sesuai dengan visi tim pabrikan.