Teori konspirasi ala Cak Lontong ini juga menjelaskan lewat statistik di atas tadi, bahwa faktor ekonomi memainkan peranan penting di sini. Ketika suami bangkrut (tidak bekerja, mengalami PHK ataupun gajinya dipotong) sementara istri tetap makmur (memiliki tabungan yang banyak, punya pekerjaan bagus ataupun mendapat promosi pekerjaan) situasinyapun menjadi rawan, walaupun tidak bisa dipukul rata terhadap semua rumah tangga.
Solusinya (bagi suami) sekalipun anda kere, tetaplah berlagak kaya. Lah jangan tertawa dulu Cak, ini serius. Lelaki itu terlahir sebagai penjual mimpi. Walaupun sebagian lagi ada yang menjadi penjual parfum oplosan, penjual panci keliling maupun penjual obat kuat. Namun dasarnya tetaplah sebuah mimpi.
Lihatlah, negeri inipun lahir dari mimpi sang Pemimpin Besar Revolusi, Soekarno. Â Padahal modalnya tidak ada. Yah cuma mimpi tadi. Untungnya negeri ini kaya akan mineral, minyak dan hasil perkebunan. Alhasil para pejabat dan makelar proyekpun menjadi kaya raya sementara rakyat jelata tetap hidup dalam mimpi berselimutkan kemiskinan harta, moral dan ilmu.
Sebenarnya pernikahan di negeri ini juga mayoritas bermodalkan mimpi juga. Lihatlah (seringnya di daerah Jawa Barat juga) remaja yang seumuran anak SMA ternyata adalah seorang janda! Kalau ada janda pasti ada pula dude eh dudanya. Biasanya ducen (duda cemen) ini jarang mau mengaku duda, melainkan sebagai bujangan saja, apalagi tampangnyapun seperti anak STM pula!
Namun mimpi itu ternyata tidak bertahan lama. Seketika sirna bak kabut ditelan sinar mentari pagi.
Sama seperti kaus kaki yang harus rajin dicuci dan dijemur agar tidak bau apak, mimpi juga harus dirawat sedemikian rupa agar pasutri bisa terbuai dengan enak dalam nyenyak tidur, dan tidak sekonyong-konyong terbangun dan berteriak karena mengalami mimpi horor berujung perceraian.
Salam sutra...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H