Adakah yang lebih gila daripada MotoGP zaman now?
Dekade lalu orang bosen nonton MotoGP karena The Doctor malang melintang merajai bapan selama bertahun-tahun. Lalu datang lagi baby alien dari planet kenthir, untuk kemudian merajai balapan pula dan membuat pebalap lain tampak seperti "jaran kepang."
Sihir alien tersebut baru kemudian sirna setelah lengannya patah terbelah dua di sirkuit jerez pada perhelatan pertama seri MotoGP kemarin.
Fans baby alien MM93 kemudian gegana, gelisah galau merana dengan mengatakan kalau balapan sekarang tidak akan seru karena Marc Marquez tidak bisa ikutan. Maverick Vinales dan Dovizioso kemudian tertawa sumringah berharap ketiban rezeki dengan absennya MM93.
Namun kemudian lahir pula alien baru yang membalap dengan penuh percaya diri tanpa gelisah, melibas tikungan penuh pesona tanpa cela, membuat pebalap lain tampak seperti badut jenaka. Alien baru itu diketahui bernama Fabio Quartararo.
Menjelang MotoGP Brno ini, para penggemar MotoGP hakul yakin kalau Fabio akan kembali mengasapi para seniornya itu dengan mudahnya.
Namun apa yang terjadi sodara-sodara sebangsa setanah air? Pemimpin klasemen balapan yang bernama Fabio itu bahkan harus terbirit-birit dari kejaran Takaaki Nakagami untuk bisa mencapai garis finish di posisi ketujuh.
Binder ini secara kasat mata kemudian mengasapi para pebalap lain jauh di belakangnya. Wow! hanya kata itu saja yang  bisa terucap dari bibir hamba sahaya melihat aksi berani dari seorang Brad Binder ini.
Padahal, bersama Alex Marquez yang juga adalah adik kandung dari Marc Marquez, Binder adalah rookie AKA "anak bawang" baru di kelas MotoGP tahun ini. Bergabung dengan KTM, Binder menjadi "bawang putih" sedangkan Alex menjadi "bawang merah" kala bergabung dengan Honda.
Tanpa membuang waktu dan bensin lagi, penulis yang juga merupakan pengamat MotoGP kelas cetek bin abal-abal ini langsung membakar menyan untuk melakukan penerawangan. Loh, koq menyan?
Yah, menyan itu diperlukan karena penulis bukanlah seorang pengamat berlisensi ataupun mantan pebalap trek-trekan tingkat RT maupun Kecamatan misalnya. Selain tidak punya SIM C, penulis ternyata juga tidak bisa mengendarai motor sport!
***
Sulit menjelaskan secara detail apa yang terjadi pada balapan di sirkuit Brno kemarin. Binder dengan RC16 unggul dominan atas Morbidelli, Zarco dan pebalap lainnya. RC16 kini memang semakin cepat. Apalagi setelah Dani Pedrosa menjadi test rider KTM. Pedrosa kemudian mengembangkan kemampuan KTM RC16 yang berkiblat kepada Honda RC213V ini, dengan target untuk mengunggulinya kelak.
Pada 18 November 2018 lalu, KTM RC16 meraih podium pertamanya setelah Pol Espargaro berhasil finish di posisi ke-3 MotoGP Valencia. Musim 2019 lalu KTM kurang berhasil. Namun pengembangan RC16 sukses karena hasilnya bisa dilihat seperti sekarang ini.
Namun KTM belumlah secepat Honda apalagi Ducati. Tentu ada faktor lain yang membuat mereka dominan pada sirkuit ini. Itulah yang membuat penulis mengalihkan perhatian kepada konstruksi motor KTM termasuk suspensinya, dan kemudian layout dan kondisi sirkuit Brno ini.
Setelah diterawang, ternyata ada benang merah yang menghubungkan kesemua faktor di atas terhadap faktor hoki Binder dan KTM, sehingga mereka bisa cuan di sirkuit ini.
Apa saja itu? Hayu kita bakar menyan lagi...
Adalah fakta kalau trek sirkuit ini sudah lama tidak dilapis ulang, sehingga dari tahun ketahun kondisinya semakin memburuk. Grip ban dengan aspal menjadi problem utama di sirkuit ini.
Pada lintasan tertentu ditemukan beberapa titik bumpy, trek bergelombang yang memaksa pebalap harus berhati-hati agar tidak highside. Tetapi masalah utama adalah buruknya lapisan aspal yang membuat ban kehilangan daya cengkram di permukaan aspal.
Raja "tikungan cantik" sekelas Fabio Quartararo saja sampai kehilangan nyali ketika merasakan ban belakangnya melintir ketika ia melibas tikungan dengan gayanya. Ketika Fabio mencoba beradapatasi dengan tikungan tersebut agar tidak mati gaya, maka ia segera saja kehilangan pesonanya untuk kemudian dengan gampang disalip pebalap lain.
Selain karena aspal Brno yang sudah lama tidak memperoleh re-surfacing, salah satunya menurut Fabio adalah karena layout Brno yang turun naik. Perubahan elevasi membuat posisi roda belakang dan roda depan tidak lagi balance. Jadi butuh strategi dan upaya fisik tertentu untuk memberikan load/beban tambahan pada roda belakang agar motor bisa stabil.Â
Apalagi lapisan aspal yang buruk dan bergelombang semakin menambah penderitaan. Itulah yang menurut Fabio roda belakang seperti floating atau melayang. Hal inipun sudah dirasakan Fabio sejak sesi Latihan bebas. Namun hingga akhir balapan, Fabio belum juga menemukan solusi untuk permasalahan ini.
Brno yang terletak di perbukitan dengan lintasan naik-turun ini secara umum memang bukan sirkuit yang ramah untuk  motor pengusung mesin I-4 Inline seperti Yamaha dan Suzuki. Apalagi lapisan aspal Brno yang buruk membuat keunggulan I-4 Inline kala melibas tikungan cepat menjadi sia-sia.
Brno adalah rumah yang nyaman bagi motor pengusung mesin V4 seperti Honda, Ducati dan KTM. Pada sepuluh balapan terakhir, hanya sekali saja Yamaha berhasil menjuarainya, yakni ketika Jorge Lorenzo menjadi jawara di tahun 2015. Jadi penulis angkat topi buat Morbidelli (posisi 2) Rins (posisi 4) dan Rossi (posisi 5) Sebab tanpa perjuangan keras, mustahil mereka akan bisa mencapai posisi itu.
Brno adalah kandang tim KTM. Sialnya awal Juli kemarin KTM diperbolehkan melakukan tes privat selama dua hari di Brno. Dani Pedrosa sebagai test rider KTM kemudian menjajal RC16 sampai maksimal untuk mencari mapping setup yang paling pas buat KTM di sirkuit ini. Artinya berkat masukan dari Pedrosa, kini para pebalap KTM jadi paham betul karakter Brno ini. Kapan dan dimana harus gas pol, kapan dan di titik mana harus melakukan pengereman. Dalam hal ini memang para pebalap KTM sudah unggul setengah langkah.
Mesin KTM RC16 sendiri dipersenjatai mesin konfigurasi V4 1.000cc empat silinder, mirip dengan Honda dan Ducati. Namun konstruksinya memang beda sendiri dari tim lainnya. KTM memakai sasis tubular baja, serta suspensi depan/belakang semuanya buatan WP Suspension. Sementara mayoritas pabrikan lain menggunakan sasis deltabox alumunium twin spar, plus suspensi buatan Ohlins. Dulu ada juga yang memakai suspensi buatan Showa. Kini semua tim selain KTM memakai suspensi Ohlin
Jangan ragu dan jangan pula lupa kalau KTM bersama WP Suspension adalah rajanya balapan "garuk tanah." Kondisi ekstrim (bagi MotoGP) Brno tentu saja belum ada apa-apanya dibanding ketika duet "sasis teralis baja- shockbreaker WP Suspension" ini harus terbanting dari ketinggian beberapa meter kala berjumpalitan di pertandingan motorcross!
Jadi kini sekarang sudah ketemu rahasia kesuksesan Binder dan KTM di Brno ini. karakter sirkuit yang "keras" rupanya sangat tjotjok dengan sasis teralis baja dan suspensi  dari WP. Dipadu dengan mesin RC16 yang kian kencang, jadinya ibarat kwetiau goreng komplit dikasih saus tiram. Maknyus!
Catatan lainnya, hampir semua pebalap mengeluhkan kondisi sirkuit Brno. Tapi kebanyakan hanya mengomel saja tanpa mau berusaha keras mencari solusi. Lihat saja posisi Vinales yang berada di posisi 14, Alex Marquez 15, Dovi 11 dan Petrucci 12. Padahal mereka memakai motor tim pabrikan yang terbaik, tetapi lebih suka untuk menyalahkan kondisi sirkuit. Hal sebaliknya justru dilakukan The Doctor.
Rossi justru tampak menikmati balapan tanpa mau menyalahkan kondisi trek yang buruk. Kalau penulis punya jargon, "menulis untuk senang-senang," maka Rossi juga punya jargon, "membalap untuk senang-senang." Dengan kondisi begitu, Rossi kemudian berhasil mengontji posisi lima!
Balapan berikutnya akan dilangsungkan di Sirkuit Red Bull Ring Austria yang juga kandang dari KTM. Tahun lalu gelar juara Marquez terputus pas lagi sayang-sayangnya. "Cintanya" dirampok Dovizioso pas di tikungan terakhir. Minggu depan Marquez belum bisa main. Dovi juga tampaknya belum bisa maksimal setelah mengalami cedera berat. Vinales juga masing angin-anginan seperti biasanya. Mungkin pertarungan seru akan terjadi diantara Fabio, Morbidelli, Binder, Zarco, Rins dan Pol Espargaro kalau beliau ini tidak crash...
Wassalam,
Reinhard Freddy Hutabarat
Referensi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H