Kemendikbud adalah lahan yang teramat subur bagi kelompok mafia pengutil anggaran, calo proyek maupun makelar jabatan. Transformasi di bidang pendidikan menuju era digital jelas akan semakin menambah penderitaan para tuyul ini.
Sebenarnya tekanan ini bukan hanya kepada Nadiem semata, tetapi lebih kepada Jokowi, yaitu agar Jokowi segera me-reshuffle Nadiem, dan kemudian menggantinya dengan salah satu “Ahli syurga” lainnya (sesuai dengan tradisi semula)
Kalau dianalogikan dengan klub sepak bola Arsenal, maka ada kelompok orang yang meminta agar opa Arsene Wenger dipanggil kembali melatih Arsenal. Atau setidaknya adik atau abang Arsene Wenger. kalaupun tidak, maka pacar atau selir Arsene Wenger saja, yang penting masih ada Wenger-wengernya. hahahaha…Tapi sepertinya Pakde itu sudah emoh sama Wenger, hahahaha….
Nah bagi penulis sendiri POP ini tidak ada salahnya juga dicoba. Tapi untunglah Nadiem sendiri kemudian menundanya untuk sementara karena masih ada kekurangan disana-sini.
Tapi tak mengapa, “anjing menggonggong kafilah berlalu.” Adalah hak setiap individu juga untuk menggonggong eh menyuarakan pendapatnya, dan itu wajib dihargai. Setelah diperbaiki, maka POP ini harus segera dilanjutkan demi kemajuan pendidikan kita.
Akhirulkalam, tak ada gading yang tak retak dan tak ada pula gundul yang tak botak. Pendidikan adalah gerbang untuk menghantar kemajuan dari suatu bangsa. Kalau kita tidak serius mengurus pendidikan ini, maka anak cucu kita akan sampai di sekolah, tetapi mereka akan berdiri saja di luar gerbangnya…
Wassalam
Reinhard Freddy hutabarat
Referensi,
https://www.solopos.com/ini-alasan-muhammadiyah-nu-dan-pgri-mundur-dari-pop-nadiem-makarim-1072673
https://www.solopos.com/soal-pop-mendikbud-minta-maaf-kepada-muhammadiyah-nu-dan-pgri-1073049