Musuhnya bukan hanya oposisi, pengusaha licik dan parlemen saja, tetapi juga oknum parpol pendukung dan birokrat yang berada disekelilingnya!
Kalau periode pertama berhasil dilalui Jokowi dengan mulus, lalu bagaimana dengan periode kedua ini?
Saat ini Jokowi sedang menghadapi tantangan berat, terutama oleh pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Padahal sebelumnya perekonomian dunia pun sudah melemah.
Dalam pandangan (subjektif) penulis, kabinet jilid II Jokowi ini tidaklah sesolid kabinet jilid I. Untungnya kinerja Menteri BUMN jauh melampaui pendahulunya itu (hiks) tapi sayangnya "revolusi mental" di seluruh BUMN itu terlambat dilakukan karena saat ini ekonomi dunia sedang babak belur.
Sama seperti Soekarno dan Suharto, Jokowi adalah pemimpin yang getol membangun lewat utang. Ya pastinya lewat utang karena kas negara cekak. Pembedanya adalah, kalau Soekarno dan Suharto fokus membangun Jawa saja, maka Jokowi getol membangun daerah-daerah yang selama ini terabaikan.
Dulu Soekarno terpaksa mengandalkan Uni Soviet (Rusia) karena RI diembargo Amerika. Sebaliknya Suharto justru mengandalkan Barat. sedangkan Jokowi membuka peluang dengan China.
Perusahaan-perusahaan besar pada era Suharto, seperti Siemens, ABB-Asea Brown Boveri, Alstom, Kumagai Gumi, Nippon Koei dan lainnya itu seperti menghilang pada era Jokowi, tergantikan oleh perusahan-perusahaan China.
Jelas saja mereka tidak akan mampu bersaing dengan China. Kini tak ada lagi "katebelece," dan tidak boleh melakukan markup. Apalagi produk mereka itu cenderung over-priced.
Kontraktor China pastinya akan merajai Indonesia dan dunia karena faktor efisiensi. produknya bukanlah yang terbaik tetapi produknya selalu best-value!
Dulu Soekarno tetap ngotot merebut Irian Barat walaupun Belanda protes karena bahasa dan warna kulit orang Papua tidak sama dengan Soekarno.
Suharto kemudian melakukan DOM (Daerah Operasi Militer) di Papua untuk "menjahit mulut" (membungkam) warga, sementara isi perut bumi dan hutan Papua dibabat habis oleh kaum kapitalis.