Senin 8 Juni 2020 kemarin menjadi hari pertama masuk kerja pada masa PSBB Transisi. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tercatat melayani lebih dari 287.048 pengguna KRL Jabodetabek hingga pukul 20.00 WIB pada Senin tersebut. Laporan terakhir mencatat KCL mengangkut lebih dari tiga ratus ribu penumpang pada hari pertama PSBB Transisi.
Pada masa normal sendiri, KCL bisa mengangkut penumpang hingga satu juta per hari.
padahal pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kemarin KCL mengangkut 180.000 hingga 200.000 saja pengguna setiap harinya.
Peningkatan penumpang tersebut membuat terjadinya antrean pengguna di sejumlah stasiun pada jam sibuk seperti misalnya Stasiun Tanah Abang, Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Juanda, Stasiun Depok dan Stasiun Bogor.
Penumpukan penumpang ini tentu saja membuat was-was akan terjadinya cluster baru Covid-19 lewat beberapa stasiun kereta. Ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mencegah terjadinya cluster baru Covid-19 dan sekaligus juga mencari solusi terbaik terkait persoalan ini.
Penulis yang juga sebagai partisan "Roker" (Rombongan kereta) maupun "Anker" (Anak kereta) memberi beberapa usulan sebagai berikut,
Pertama, Pengaturan jadwal kereta.
Peak time komuter itu adalah pagi hari (05.00-08.00) menuju Jakarta dan sore hari (04.00-09.00) dari Jakarta. Itu adalah masa-masa krusial penumpukan penumpang, bukan saja di dalam kereta, tetapi juga di areal stasiun, bahkan hingga ke jalan raya di dekat stasiun kereta itu sendiri.
Jadi penting sekali agar KCL meningkatkan frekuensi keberangkatan termasuk juga penambahan jumlah gerbong kereta untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pada rush hour ini.
Setelah rush hour selesai maka KCl kemudian bisa melonggarkan frekwensi keberangkatan termasuk  mengurangi jumlah gerbong. Selain demi efisiensi, hal ini juga berguna untuk mengurangi kemacetan di perlintasan kereta dengan jalan raya.
Kedua, Penataan stasiun.