Jawabannya gampang saja. Depkeu berpatokan kepada nilai tranfers lewat rekening pribadi Finance Manager garuda Indonesia cabang Amsterdam untuk menentukan harga motor.
Padahal ini bisa saja keliru. Misalnya harga motor sebenarnya 500, tapi sang manager meminta 1.000.
Atau sebaliknya, harga motor sebenarnya 2.000, tapi sang manager dikirimi 1.000 saja, dan sisanya sang manager diminta "berimprovisasi" untuk menutupi sisa 1.000 lagi...
***
Nah yang menarik dalam gawean Serikat Pekerja GA di Cengkareng tersebut adalah ketika AA menyebut-nyebut istilah "karma."
Apalagi AA menyebut semua informasi "top secret" termasuk manifest penumpang di dalam pesawat itu dibocorkan oleh orang dalam.
Bukan itu saja, ketika AA kemudian dipecat, segala informasi rahasia termasuk isu perselingkuhan dengan atau tanpa "oplas" mengalir deras dan kemudian menjadi santapan media dan netizen.
Sebelumnya Menteri BUMN sudah meminta kepada pejabat-pejabat yang terlibat dalam kasus ini agar segera mengundurkan diri saja daripada dipecat.
Akan tetapi AA menegaskan sikap kalau ia tidak akan mengundurkan diri (karena merasa tidak bersalah) dan yakin kalau Menteri BUMN akan tetap mempertahankannya.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, AA kemudian lengser keprabon. Netizen pun kemudian berkata, "AA kena karmanya sendiri".
Nah disinilah netizen kurang cermat melihatnya, karena konteks karma itu ditujukan secara terbatas pada Sharing Session Manajemen-Serikat Pekerja GA, bukan ditujukan kepada publik.