Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Polemik Cangkul Made In China

28 November 2019   18:20 Diperbarui: 28 November 2019   18:30 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu bagaimana caranya cangkul made in China bisa lebih baik dan murah harganya?

Dari semua sisi, Indonesia jelas tertinggal dari Tiongkok. Listrik kita masih byar-pret dan mahal. Sementara listrik Tiongkok melimpah, stabil dan murah. Sekalipun upahnya lebih mahal, namun produktivitas kerja buruh Tiongkok melebihi buruh Indonesia. Akhirnya biaya produksi juga lebih murah.  

Coba bandingkan sendiri cangkul made in China dengan lokal. Ketebalan pelat dan kadar carbon dari besi pelat Tiongkok ini lebih besar. Pada cangkul Tiongkok, sambungan antara pelat cangkul dengan kepala (tempat untuk gagang cangkul) di-las semi robotic pada industri cangkul terpadu. Setelah itu material cangkul tersebut dipanaskan di oven pada suhu tertentu, sehingga kualitasnya bagus, presisi dan seragam.

Perlu kita ketahui, saat ini industri baja Tiongkok kelebihan pasokan. Setelah perhelatan Olimpiade 2008 China lalu usai, permintaan besi untuk keperluan proyek pun menurun drastis.

Agar tidak bangkrut, pabrik baja harus memutar otak dan membuat diversifikasi produk. Salah satunya adalah dengan jalan membuat produk perkakas/peralatan pertanian berbahan besi. Artinya, cangkul made in China impor ini memang dibuat oleh industri baja moderen.


Sebaliknya pada cangkul lokal, pelat besinya memang dari pabrik besi. Tetapi pembuatannya masih secara sederhana dan mengandalkan mood sipengrajin. Kalau sipengrajin lagi kasmaran atau mood-nya lagi baik, bisa dipastikan kalau paculnya akan baik-baik saja.

Tapi kalau sipengrajin lagi galau atau lagi bad-mood, bisa dipastikan hasilnya akan sebaliknya.

Setelah pelat cangkul dan kepala di-las secara manual, cangkul tadi kemudian dipanaskan dengan pasir besi lewat pompa angin manual yang temperaturnya tidak diketahui secara pasti. Hasil akhirnya bisa ditebak. Cangkul-cangkul itu tidak seragam dan tidak memenuhi standar percangkulan!

Jadi kalau ditanya, apakah cangkul lokal bisa bersaing dari segi kualitas dengan cangkul asing? Jawabnya tentu saja bisa kalau seandainya cangkul tersebut dibuat oleh pabrik baja, seperti Krakatau Steel misalnya.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun