Bertanding di kandang sendiri, Anfield Stadium, Liverpool sukses menggebuk Manchester City dengan skor 3-1. Pertandingannya sendiri berjalan seru dan berimbang, akan tetapi dewi fortuna tampaknya lebih berpihak kepada tuan rumah.
Wasit mengabaikan sebuah handsball dari bek Liverpool, Trent-Alexander Arnold di area kotak penalti Liverpool pada awal pertandingan berjalan, dan membiarkan pertandingan berlanjut terus di tengah-tengah protes pemain Manchester City.
Tak lama kemudian Mane mengirim umpan lambung ke tengah kotak penalti City, tetapi masih bisa dibuang ke tengah lapangan oleh bek City. Bola rebound tersebut kemudian tepat menuju Fabinho, yang kemudian melakukan tendangan super keras dari luar kotak penalti.
Para pemain City membiarkan saja bola tersebut meluncur, termasuk juga Rodri, pemain City yang paling dekat dengan bola tersebut. Bola kemudian menghujam deras persis ke pojok kanan gawang tanpa bisa ditahan Claudio Bravo. Liverpool 1 Manchester City 0.
Para pemain City kemudian melakukan protes kepada wasit karena membiarkan pertandingan berjalan terus, apalagi sebelumnya pemain City mengklaim kalau Arnold menyentuh bola di kotak penalti Liverpool. Seharusnya justru City yang mendapat penalti.
Wasit Michael Oliver bergeming dan mengabaikan protes pemain City. Skor tetap 1-0 bagi Liverpool.
Mempunyai tabungan satu gol, para pemain Liverpool kini lebih percaya diri, dan bermain efektif dengan mengandalkan serangan lewat sayap.
Beberapa menit kemudian, dari sisi kanan, bek kanan, Trent lewat kaki kirinya mengirim crossing ke sisi kiri. Sambil berlari kencang, bek kiri Andy Robertson kemudian mengirim balik sebuah crossing ke tengah kotak penalti City. Sebelum Robertson mengirim bola, Salah tampaknya berdiri pada posisi offside. Tetapi Salah kemudian bergerak maju menjauhi kotak penalti ketika Robertson akan menendang bola.
Bola crossing Robertson tadi terlebih dahulu memantul ke rumput sebelum kemudian disundul Salah diagonal ke sisi kirinya untuk mengecoh Bravo. Bravo yang terlanjur bergerak ke arah Salah untuk mempersempit ruang tembak, hanya bisa terpana ketika bola menghujam sudut kanan gawangnya. Liverpool 2 Manchester City 0.
Kombinasi sentuhan Trent-Robertson-Salah ini sungguh sangat indah dan berkelas!
Sekali lagi pemain City melakukan protes kepada wasit karena menganggap Salah berada dalam posisi offside. Dan sekali lagi wasit Michael Oliver bergeming dan mengabaikan protes pemain City tersebut. Skor menjadi 2-0 bagi Liverpool hingga babak pertama berakhir.
Babak kedua baru berjalan enam menit, sebuah crossing Jordan Henderson dari sisi kiri pertahanan City berhasil disundul Sadio Mane dengan gaya diving, menghujam sudut kanan gawang City. Gaya diving Mane ini seperti mengejek Pepp yang sebelumnya menyebut Mane sebagai pemain yang suka melakukan diving!
Cladio Bravo sebenarnya masih sempat menepis bola tersebut, namun bola tetap meluncur deras menjebol gawangnya untuk ketiga kalinya. Liverpool 3 Manchester City 0
Unggul tiga gol, Liverpool mulai mengendurkan serangan, membuat para pemain City mengendalikan permainan. City kini praktis mengurung pertahanan Liverpool.
Perjuangan City yang terus menggempur pertahanan Liverpool akhirnya mendapatkan hasilnya pada menit ke-78. Sebuah tendangan keras dari Bernardo Silva akhirnya berhasil merobek gawang Alisson ditengah-tengah kerumunan para pemain Liverpool yang bergerombol di area kotak penalti Liverpool.
Empat menit berselang, kontroversi kembali terjadi lewat aktor yang sama. Sebuah sepakan dari Sterling mengenai tangan Trent di kotak penalti Liverpool. Namun wasit Michael Oliver memilih untuk melanjutkan pertandingan. Di pinggir lapangan Pep Guardiola terlihat sangat kesal kepada wasit! Hingga akhir pertandingan skor tetap 3-1 bagi Liverpool.
***
Seperti biasanya pertandingan Liverpool kontra City ini selalu berjalan seru dan berimbang. Namun kali ini ada beberapa faktor yang membuat City harus menderita sekali lagi.
Pertama, Mentalitas juara Liverpool
Musim ini penampilan Liverpool belumlah sebaik musim sebelumnya. Diawal musim mereka bahkan terpaksa bermain dengan kiper cadangan karena kehilangan Alisson.
Saat ini pos bek tengah menjadi titik terlemah Liverpool karena penampilan Virgil van Dijk yang tidak konsisten, plus Salah belum lagi menemukan ketajamannya seperti dulu lagi.
Walaupun penampilan mereka terkesan seadanya, namun Liverpool belum lagi terkalahkan. Hanya Manchester United yang  bisa menahan mereka seri kala bersua di Old Trafford. Hebatnya, beberapa dari kemenangan itu harus diraih dengan bersusah payah hingga detik-detik akhir pertandingan.
Namun segala tekanan itu justru membuat para pemain Liverpool menjadi semakin tabah dan kuat, yang pada akhirnya membuat mereka semakin percaya diri. Para pemain Liverpool ini pun kemudian menunjukkan mentalitas juara, karena mereka selalu bisa keluar dari tekanan, untuk kemudian meraih kemenangan.
Kedua, kutukan Aguero dan tak berdayanya Sterling
Sejauh ini Aguero telah mencetak 173 gol bersama City di EPL, namun tak satu pun ia cetak kala bermain di Anfield! Hal itu kemudian terbukti sekali lagi ketika ia tak mampu melesakkan sebiji gol pun dari beberapa peluang yang ia dapat, hingga ia kemudian digantikan oleh Jesus.
Demikian pula halnya dengan Sterling yang tak berdaya sepanjang laga oleh ketangguhan Arnold dan kemudian Joe Gomez yang menggantikan posisi Arnold. Keduanya bukan hanya sukses mematikan pergerakan Sterling, tetapi juga memprovokasinya sepanjang pertandingan sehingga membuat Sterling frustasi.
Sebagai mantan bintang Liverpool yang dibesarkan disana, Sterling tentu saja segan untuk melabrak keduanya di Anfield. Hasil buruk City dalam pertandingan ini pun tak lepas dari kurangnya kontribusi dari Sterling kali ini bagi City. Padahal sejak musim lalu Sterling adalah tumpuan dari permainan City.
Ketiga, hebatnya duo fullback Liverpool
Trio Firmansah (Firmino-Mane-Salah) tidak diragukan lagi karena selalu menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawan Liverpool. Namun duet fullback Arnold-Robertson di sisi kiri dan kanan, juga menjadi nyawa permainan Liverpool.
Dalam posisi bertahan, keduanya sukses mematikan pergerakan Rahem Sterling dan Bernardo Silva. Sebaliknya dalam posisi menyerang, keduanya mampu membuat kedua fullback City, Walker dan Angelino mati gaya, bahkan membuat duet bek tengah John Stones dan Fernandinho kelabakan untuk menghalau crossing-crossing mereka.
Arnold-Robertson terus berlari sepanjang pertandingan, naik maupun turun, bertahan dan menyerang tanpa lelah untuk mendukung timnya.
Musim lalu keduanya mencatatkan total 23 asis di EPL. Arnold bahkan memecahkan rekor asis untuk seorang bek di liga dalam semusim. "IMHO," Keduanya adalah duo fullback terbaik di dunia. Dalam pertandingan kali ini, keduanya menjadi "mimpi buruk" bagi Manchester City.
Keempat, angkernya stadion Anfield.
Terakhir kali Liverpool kalah di Anfield dalam laga EPL adalah pada 23 April 2017 saat bersua dengan Crystal Palace. Dua setengah tahun tak terkalahkan adalah rekor yang fantastis, dan tak ada tim Inggris lainnya yang menyamainya. Apalagi disini, City selalu babak belur dihajar Liverpool. Atmosfir Anfield yang terus mendukung pemain tuan rumah disertai berkumandangnya lagu "You never walk alone" selalu membuat pemain tamu merinding.
Ini memang pertarungan mental yang membuat Pep harus berpikir keras untuk memacu semangat bukan hanya bagi pemainnya, tetapi juga bagi dirinya sendiri agar bisa berkonsentrasi meramu strategi yang pas di lapangan.
Dan tak bisa dipungkiri, kalau Pep kali ini memang takut dan gusar ketika menghadapi pertandingan ini.
Kelima, dewi fortuna berpihak kepada tuan rumah.
Faktor keberuntungan terkadang menjadi penentu hasil dari suatu pertandingan.
Biasanya Liverpool memulai pertandingan dengan lambat untuk kemudian semakin membaik. Puncak dari permainan Liverpool biasanya pada awal babak kedua. Momen kritis Liverpool itu memang pada awal babak pertama, akhir babak pertama dan akhir babak kedua.
City memulai pertandingan dengan sangat baik dengan langsung menekan pertahanan Liverpool. Namun dua buah gol cepat Liverpool dalam lima belas menit mengubah segalanya.
Tabungan dua gol membuat Liverpool bermain mengandalkan counter attack lewat kedua sayap. Serangan Liverpool lebih banyak dibangun lewat Robertson-Mane dan Arnold-Salah, sementara pemain lainnya, termasuk Firmino, berupaya mengontrol lini tengah. Dan pola Liverpool ini sangat efektif dalam mengendalikan permainan.
Seandainya City terlebih dahulu mencetak gol (apalagi lewat Aguero) maka permainan akan semakin menarik, karena kedua tim pasti akan bermain lebih terbuka.
Soal klaim handsball Arnold, memang debateable. Tetapi dalam tayangan ulang, terlihat sebelumnya kalau bola clearance dari Lovren mengenai tangan Bernardo Silva sebelum bola kemudian mengenai tangan Arnold.
Kini Manchester City tertinggal sembilan angka dari Liverpool, sang calon juara baru. Akan tetapi perjalanan masih panjang, dan Liverpool pun belum menemukan "kesialan" dengan jadwal "horror" yang menanti mereka mulai bulan ini hingga akhir musim.
Kesialan itu bisa saja cederanya pemain inti maupun faktor wasit.
Kini Liverpool dinanti oleh jadwal kompetisi Liga Inggris yang ketat, Piala FA, Carabao Cup, Liga Champion dan juga Piala Dunia antar Klub pada akhir Desember 2019 nanti!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H