Entahlah, apakah Yamaha menyesali hal tersebut atau tidak. Tetapi yang jelas prestasi Yamaha bersama duo pebalap utamanya dua musim terakhir ini sangatlah memalukan.
Musim ini Quartarao dengan YZR-M1 spek B telah membuat nama Yamaha harum. Kalau Yamaha tidak menawarkan YZR-M1 spek pabrikan kepadanya musim depan, maka kemungkinan ia akan hengkang juga.
***
Bersama KTM prestasi Zarko musim ini justru sangat memprihatinkan! Tampaknya Zarko kesulitan beradaptasi dengan KTM, hingga akhirnya Zarko menyerah. Memang berpindah dari satu tim ke tim lainnya tentulah bukan perkara mudah, dan butuh perjuangan berat saat adaptasi pada tahun pertama.
Lihatlah seperti yang terjadi pada Jorge Lorenzo. Pemegang tiga gelar juara dunia MotoGP ini tampak begitu digdaya dengan Yamaha YZR-M1, namun tampak tak berdaya ketika menunggangi Desmosedici. Pada tahun pertama bersama Ducati, Lorenzo bahkan menjadi bahan olok-olokan penggemar MotoGP. Barulah pada tahun kedua Lorenzo unjuk gigi dengan menjuarai beberapa seri MotoGP.
Lihat juga Dovizioso, Crutchlow bahkan Valentino Rossi ketika berpindah tim dari Yamaha ke Ducati. Prestasi Rossi bersama Ducati bahkan jauh lebih buruk daripada prestasi Lorenzo. Ketika menunggangi Desmosedici, mbah Rossi tampak seperti "mengendarai onta di Taman Safari."
Hanya satu pebalap di jagad ini yang bisa menjadi juara dunia dengan dua tim berbeda. Dulu Casey Stoner telah melakukannya bersama Ducati dan Honda. Zarko adalah pebalap cepat seperti halnya Stoner, tapi sayang mentalnya adalah mental "tempe", bukan mental para juara!
Mungkin ada sedikit penyesalan bagi Zarko mengapa ia memilih tim KTM, sebab sebelumnya tim besar Honda telah mengincarnya untuk menggantikan peran Dani Pedrosa yang memilih pensiun. Akan tetapi menurut Cal Crutchlow, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah Zarko. Dengan mental seperti sekarang ini, akan tetap sulit bagi Zarko sekalipun ia pindah ke tim Honda, karena saat ini performa Honda pun cenderung menurun.
Musim ini performa Honda sebetulnya terbilang buruk. Honda kini bukanlah motor terbaik. Soal kecepatan di trek lurus, Ducati masih terbaik. Soal performa di tikungan, sepertinya kini Yamaha adalah yang terbaik. Motor Honda cenderung sulit dikendalikan. Bahkan ada sebagian pebalap Honda yang menuduh kalau pengembangan Honda terlalu fokus kepada gaya berkendara Marquez. Itulah sebabnya prestasi pebalap-pebalap Honda secara umum cenderung menurun.
Kalau performa Honda cenderung menurun, lantas kenapa performa Marquez tetap moncer?
Marquez kini memimpin klasemen pebalap MotoGP dengan 275 poin, berjarak 93 poin dari Dovizioso yang mengumpulkan 182 poin. Namun sejatinya prestasi pemegang lima gelar juara dunia MotoGP ini lebih ditentukan kekuatan mental pebalapnya sendiri daripada kekuatan motornya itu!