***
Sebenarnya sudah sejak lama udara Jakarta tercemar. Tetapi musim kemarau yang berkepanjangan kali ini, dimana nyaris tidak pernah turun hujan, membuat kualitas udara semakin buruk. Polutan dari kenderaan dan industri akhirnya terperangkap di udara. Sekiranya turun hujan, polutan itu pasti akan tercuci oleh air hujan dan pertukaran udara.
Pertanyaan pentingnya kemudian adalah, mengapa Pemprov DKI Jakarta tidak mengupayakan hujan buatan? Bukankah hujan buatan selama ini cukup efektif mengurangi dampak kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan?
Sebenarnya beberapa waktu lalu BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) sudah melakukan rapat dengan TGUPP (Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan) dan BBTMC (Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca) membahas aplikasi hujan buatan tersebut dalam rangka untuk mengurangi dampak dari polusi yang terjadi selama ini.Â
Namun rencana tersebut tidak jadi dilaksanakan karena Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tidak setuju.
Anies menyatakan pihaknya masih merembukkan cara untuk meningkatkan kualitas udara Jakarta. Menurutnya masih ada banyak cara yang bisa ditempuh sebelum melakukan hujan buatan.
"Jadi kita ingin agar langkah-langkah untuk membereskan masalah kualitas udara Jakarta ini bukan langkah jangka pendek saja, tapi juga jangka panjang. Nah ini jangka pendek sedang kita bicarakan. Dimatangkan dulu terus nanti diumumkan. Saya mendengar BBPT sudah menyampaikan keluar. Perlu saya sampaikan bahwa itu tidak seharusnya dibicarakan sebelum matang" kata Anies.
Tak lama kemudian, BBPT membantah pernyataan Anies soal offside hujan buatan tersebut. Kepala BPPT, Hamman Riza menyatakan bahwa rencana menggunakan hujan buatan untuk mengatasi polusi Jakarta adalah berdasarkan permintaan Pemprov DKI Jakarta sendiri. Secara birokrasi, BPPT, BBTMC dan TGUPP sudah melakukan rapat bersama untuk membahas hujan buatan tersebut.
"Itu hasil rapat. Sesuai yang disampaikan pihak DKI. Karena DKI butuh cepat. DKI dalam hal ini diwakili oleh TGUPP minta TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) dilakukan sebelum tanggal 15 (Juli 2019), yang mana tanggal itu anak-anak sudah mulai masuk sekolah, dan kita siap.Â
Pak Anies menginginkan solusi terhadap polusi udara yang matang untuk jangka panjang, sedangkan TMC sudah matang untuk jangka pendek"