Belajar dari masa lalu dimana banyak menteri yang tidak cakap ataupun tersandung kasus, Jokowi berniat ingin mengurangi porsi menteri titipan ini.
Dengan dalih rekonsiliasi, Prabowo kemudian "diundang" untuk meramaikan bursa menteri titipan pada kabinet Jokowi-Maruf Amin mendatang. Kehadiran Prabowo ini jelas-jelas akan mengurangi porsi menteri titipan dari parpol pendukung lainnya.Â
Artinya PDI-P sengaja menjadikan Prabowo sebagai tameng untuk mengurangi jatah menteri dari parpol pendukung. Tidak ada satu parpol pun yang menyadari manuver Mega ini sampai kemudian "BG" terlihat melakukan gerakan senyap lewat pintu belakang Kertanegara.
Test the water untuk adu kekuatan (lewat diplomasi sate Senayan plus nasi goreng melawan nasi kebuli) pun terjadi. Karena terbawa emosi, nasi itu ternyata berubah menjadi bubur. Bubur kebuli itu pun rasanya tidak enak! "Bang brewok" pun akhirnya tumbang.
Parpol pendukung lainnya pun kemudian tersadar kalau manuver Mega ini sebenarnya sudah direncanakan dengan matang. Kini terpulang kepada mereka masing-masing, apakah akan ikut dalam koalisi, atau bergabung dengan PKS sebagai oposisi.
Kini semua ketua parpol "pegang kalkulator" untuk menghitung simulasi kekuatan di parlemen, tentunya lewat perhitungan kursi parpol.Â
Masih ingat dengan Pemilu 2014 lalu? Jokowi dan PDI-P memang menjadi pemenang, namun mereka kemudian menjadi pecundang di Senayan! Hal itu bisa terjadi karena kursi parlemen dikuasai oleh KMP-Prabowo. Ketika itu kebijakan presiden pun sering dijegal dengan mudahnya.
Namun kali ini semuanya terdiam seribu bahasa. Gebrakan Mega ini memang sudah diperhitungkannya dengan matang. Koalisi PDI-P, Gerindra dan Golkar saja sudah lebih dari setengah kursi DPR. PPP yang sedang galau karena Ketumnya ditahan KPK itu, pasti akan merapat ke pemerintah juga. Artinya percuma melawan Mega, karena Istana Negara dan Senayan sudah dikuasai pemerintah!
Setelah berhasil "memasukkan" Prabowo ke dalam koalisi untuk mengurangi "jatah" parpol pendukung, sekali lagi Mega melakukan shock teraphy dengan mengancam presiden untuk meminta jatah tambahan menteri ketika ia berpidato pada Kongres V PDI-P kemarin.
Partai kecil seperti PPP dan PAN pun langsung mati gaya! Mereka tidak berharap lagi dapat jatah menteri. Jangan tanya lagi partai gurem yang tidak lolos Parliamentary Threshold Seperti PSI dan Perindo misalnya. Jangankan berharap, bermimpi pun kini mereka tidak akan berani lagi!
Bagi penulis sendiri, kisah paling lucu dari Kongres V PDI-P kemarin itu adalah pada momen ketika Megawati meminta tambahan kursi menteri bagi PDI-P. Ini kan menggelikan karena Jokowi itu sendiri sering makan nasi goreng di Teuku Umar.