Ketika gempa kuat mengguncang Hokkaido, Jepang, suplay listrik kemudian putus total. Kota Sapporo pun langsung menjadi gelap gulita. Selama periode bencana ini, dua juta penduduk menyerbu supermarket dan toko serba ada untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Namun apa yang terjadi? Mereka seketika menjadi orang miskin karena tidak punya uang tunai, sehingga tidak mampu untuk membeli makanan sehari-hari.
Banyak orang kaya kelaparan. Sebagian terpaksa harus mengemis dan berharap pada belas kasihan orang lain. Setelah aliran listrik dan perbankan pulih, barulah situasinya berjalan normal.
Gempa yang menggoncang Palu dan Donggala tahun lalu juga menimbulkan kasus yang sama dengan Hokkaido. Jaringan listrik dan komunikasi terputus. Kartu kredit dan debet pun mati gaya. Tanpa uang tunai anda akan menderita. Pengalaman seorang teman yang mengalaminya sendiri bisa dijadikan pelajaran berharga. Harga sebotol air mineral mencapai sepuluh kali lipat dari harga normal, dan itu pun harus dibeli dengan cash!
***
Listrik adalah infrastruktur yang sangat penting bagi kehidupan. Ketika listrik padam, barulah kita menyadari arti dari semboyan, Habis gelap terbitlah terang. Ketika Jakarta dan sebagian pulau Jawa padam sampai beberapa jam, semuanya menjadi mati gaya. Mungkin sudah seharusnya masalah listrik ini dievaluasi dan ditingkatkan lagi kemampuannya agar bisa mengikuti peningkatan konsumsi listrik nasional yang linier dengan laju pertumbuhan penduduk. Apalagi sebagian dari pembangkit dan jaringan transmisi itu sudah berusia tua.
Tapi ada juga sebagian warga yang kurang setuju dengan pembangunan infrastruktur seperti pembangkit dan jaringan transmisi listrik ini. "Ngapain buang-buang duit, apalagi dengan utang kepada asing-aseng untuk membiayai infrastruktur. Makan tuh inprastruktur....!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H