Malam hari itu Bo kek tampak menikmati teh poci beserta bakpao disebuah kedai sederhana dekat Guiyang. Bo kek dalam rencana perjalanan menuju Chengdu. Tiba-tiba Bo kek membaui sesuatu, yang khas sekali dari Tanah Batak! Itu bau tuak takkasan dan sotul! Pasti Bo kep ada disekitar sini. Dengan gin-kangnya (ilmu meringankan tubuh) Bo kek naik keatas atap dan mencari sumber bau tersebut.
Lewat genting yang dibukanya, Bo kek melihat Bo kep bersama tiga orang gadis cantik diatas sebuah balai-balai. Mereka tampak sudah mabok berat. Bo kep tampak berceloteh sambil sesekali mengunyah sotul di tangan kanannya. Sedangkan ditangan kirinya ada tuak takkasan. Dengan sekali lompatan ringan, Bo kek sudah berada di ruangan itu.
Singkat cerita, Bo kek meminta kuntji ruang keramat yang disembunyikan Bo kep di kolornya yang juga memiliki dompet itu. Tapi Bo kep tidak mau memberikan. Akhirnya mereka bertarung.Â
Sudah seratus jurus berlalu tapi pertandingan masih berimbang. Hawa panas segera menyelimuti ruangan itu. Para gadis itu sudah lama kabur karena takut terkena hawa panas...
Kini Bo kek sadar, dia tidak mungkin bisa menaklukkan Bo kep dengan mudah. Ilmu mereka sama. Bahkan kalau tidak mabok, mungkin Bo kek sudah dari tadi kalah. Bo kek lalu memutar otak mencari solusi.
Dulu Bo kek pernah kesasar di daerah Porsea. Disana dia bertemu seorang suhu bernama Marudut Aritonang. Suhu yang tidak suka berkelahi ini lalu mengajarkan Bo kek sebuah ilmu untuk menghindar dari musuh tanpa perlu harus berkelahi dengan musuh tersebut. Ilmu itu bernama Uttut Aritonang...
Bo kek belum pernah memakai ilmu tersebut. Tetapi kini dia sudah mulai terdesak. Bo kek lalu merapalkan mantera..."Marudut Aritonang... jolo muntut asa sonang...Dar!!!" Seketika Bo kep terhuyung-huyung ke belakang. Bo kek juga nyaris pingsan mencium bau tidak sedap dari tubuhnya sendiri itu...
Sebelum Bo kep terjatuh, Bo kek segera meremas selangkangan Bo kep, dan menendangnya. Kuntji kini sudah berada dalam genggaman Bo kek! Sebelum Bo kep sadar apa yang sedang terjadi, Bo kek segera berlari sekuatnya dengan ginkangnya menjauhi tempat itu...
***
Mobil travel itu tampak melambat ketika memasuki kota Balige. "Abang turun dimana tadi? di Balige ya bang..?" tanya supir travel itu ramah.
"Betul bang, sebelum pompa bensin ini bang..." jawab penumpang itu tak kalah ramah.