Kegusaran Mentan ini dapat dipahami mengingat musim panen padi telah dimulai dan akan mencapai puncaknya pada bulan Februari-Maret nanti! Apalagi sudah 2 tahun ini (2016-2017) tidak ada impor beras, artinya kita sudah swasembada beras dong...
Tapi pak Mentan jangan "geer" dulu karena mekanisme perberasan bukan sesederhana itu (tidak ada impor berarti swasembada) karena masih ada satu instrumen lagi yang memegang peranan penting, yaitu Bulog!
Biasanya Bulog punya stok 2-2,5 juta ton diseluruh gudang yang tersebar di seluruh Indonesia. Seharusnya orang tidak boleh tahu berapa stok Bulog supaya mereka ini tidak dikadalin para spekulan.Â
Salah satu tugas pokok Bulog ini adalah mengendalikan harga dan stok beras. Ketika harga beras naik, maka Bulog melakukan operasi pasar. Ketika harga jatuh, maka Bulog melakukan pembelian gabah dari petani dengan harga yang sudah ditetapkan agar petani tidak merugi.
Menyimak pernyataan Wapres Yusuf Kalla yang juga merupakan mantan petinggi Bulog itu, penulis mendapat kesan bahwa stok di gudang Bulog memang sedang tipis, itulah sebabnya Bulog membutuhkan impor 500.000 ton beras lagi untuk stoknya.Â
Kalau memang tujuannya untuk stok Bulog, sudah seharusnya kita mendukung karena sejujurnya saat ini Bulog kurang mampu menahan kenaikan harga beras. Setidaknya Bulog butuh 2-3 juta ton beras standby untuk diguyur ke pasar agar para spekulan tidak gegabah untuk mempermainkan harga.
Konsumsi beras kita itu berkisar 28 juta ton per tahun. Jadi angka impor 500.000 ton itu memang tidaklah terlalu besar, apalagi sampai mengganggu penyerapan gabah dari panen petani. Nah berkaca kepada stok beras yang ada di gudang Bulog ini, apakah anda yakin 2016-2017 kemarin itu kita swasembada beras...? Wallahu a'lam....
Salam hangat
Reinhard Hutabarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H