Akhir tahun kemarin kasus "Papa nabrak tiang lampu" sangat menyedot perhatian masyarakat. Namun tanpa disadari warga, seiring dengan merebaknya isu "bakpao" tersebut, harga beras di PIBC (Pasar Induk Beras Cipinang) ternyata diam-diam turut juga menabrak HET (Harga Eceran Tertinggi) Â
Ketika kemudian KPK menciduk "papa" dari rumah sakit, dan kemudian juga pelantun lagu "segede bakpao" tersebut lengkap dengan "bidannya," maka harga beras kemudian sudah melonjak dengan tajam!
Adakah hubungan bakpao dengan beras? Tentu saja tidak ada. Hanya saja kebetulan kenaikan harga beras tersebut berbarengan dengan kasus bakpao ini. Tapi yang jelas kini harga beras medium di PIBC sudah mencapai Rp 12.000/kg, padahal HET pemerintah adalah Rp 9.450/kg! Beras IR 64 kini Rp 12.475/kg dari sebelumnya Rp 11.800/kg.
Lalu kemudian keluar titah baginda Kemendag, segera impor 500.000 ton beras sekarang juga! Padahal baginda Kementan bersabda, stok beras nasional cukup bahkan surplus!Â
Masyarakat pemakan beras lalu bertanya, "Kalau memang surplus mengapa harga beras naik? mengapa harus impor beras...? Mari coba kita renungkan dan cari sendiri jawaban dari persolan perberasan ini agar kita tidak tersesat oleh berita-berita yang banyak berseliweran di medsos...
Sejak zaman pak Harto sampai kini, komoditi beras ini selalu menjadi masalah besar karena disini banyak bercokol mafia beras dan para pemburu rente kelas kakap! Bisnis beras ini melibatkan para kartel kelas kakap dengan dana trilyunan rupiah!Â
Duit 200 miliar saja tidak akan cukup untuk mengatrol harga beras diseluruh pasar induk beras yang tersebar diseluruh Indonesia.
Sejak zaman dahulu, para bos mafia biasanya mengatur harga beras di pasar lokal melalui mekanisme impor beras. Ketika China, Vietnam, India, atau Thailand surplus produksi beras, maka harga beras dunia pasti akan jatuh! Harga beras Vietnam terkadang tak sampai dari setengah harga beras lokal, dan ini bisnis yang sangat menggiurkan untuk cepat kaya!Â
Beras murah tersebut langsung diborong dan disimpan di kawasan pergudangan setempat. Lalu nantinya akan diekspor ke Indonesia pada waktu yang tepat!Â
Ketika harga beras dipasar lokal mulai merangkak naik, maka beras impor tersebut akan dilepas ke pasar lokal. Tentu saja masih dibutuhkan satu tahapan lagi untuk mewujudkan rencana tersebut, yaitu dengan terlebih dahulu melakukan "gerakan menaikkan harga beras lokal!"
Ketika beras lokal "menghilang" atau harganya merayap naik, maka langkah pertama pemerintah adalah melakukan instrumen protap yaitu operasi pasar melalui Bulog. Biasanya operasi pasar itu "akan gagal" karena tidak tepat sasaran.Â