Setelah menuai badai kekecewaan dengan nir gelar pada musim lalu, kini pamor Pep semakin moncer di EPL (English Premier League) Tuah dari legenda sekaligus mantan pelatih Barcelona dan Bayern Muenchen itu sebelumnya sirna ketika dia menjejakkan kakinya di Etihad Stadium, Manchester. What's going on... Pep terkesiap! Inilah kompetisi paling gila sedunia di mana pemimpin klasemen bisa terjerembab di kandang lawan yang sudah nyaris terdegradasi itu.
Ternyata bukan Pep Rookie of the year, karena gelar tersebut sudah digondol oleh seorang "mafioso" Italiano bernama Antonio Conte. Belajar dari musim lalu, Pep kemudian mereformasi cara pandangnya terhadap skema pertandingan sepak bola. EPL bukanlah Bundesliga, Serie A atau La Liga! Di Bundesliga hanya ada Bayern dan Dortmund. Di La Liga hanya ada Real Madrid dan Barcelona dan sesekali Atletico Madrid. Akan tetapi di EPL, tim semenjana yang nyaris terdegradasi, Â Leicester City pun bisa menjuarai EPL.
Sementara juara bertahan tahun sebelumnya Chelsea terpaksa harus berjuang keras sekuat tenaga untuk menjauhi zona degradasi pada musim berikutnya. Pelatih beken sekelas Mourinho pun akhirnya merasakan juga betapa sakitnya kala bokongnya ditendang keluar dari Stamford Bridge. Pengalaman getir itulah yang membuat Mou kehilangan kesombongannya. Kalau MU bisa juara EPL 3 kali berturut-turut plus 2 buah tropi Champion, maka kita akan menemukan lagi sombongnya Mou yang hilang itu....
Sebelumnya Pep telah mendapatkan prestasi dan penghormatan yang mengharumkan namanya di Camp Nou (Barcelona) maupun di Allianz Arena (Munchen). Semuanya itu diperolehnya lewat permainan menyerang tiki-taka yang mampu memporakporandakan pertahanan lawan. Akan tetapi nama besarnya itu mendadak sirna ketika dia memulai petualangannya di tanah Inggris. Musim pertamanya pun berakhir dengan kekecewaan.
Lewat "pencariannya menuju jalan ke kesempurnaan," kini Pep telah berefomasi, naik setingkat ketahap pelatih dewasa yang mampu memandang dengan bijaksana seluruh pertandingan yang menjadi targetnya semula (EPL dan Liga Champion) dalam satu paket kesatuan yang utuh. Untuk mencapai itu tentu saja dibutuhkan konsistensi permainan. Pep lalu mencari filosofi dan skema permainan yang pas untuk mendukung konsistensi permainan tersebut.
"Pertahanan terbaik adalah dengan menyerang secara konsisten!" Demikianlah filosofi tiki-taka yang diusung Pep, untuk kemudian menjadi tumpul di EPL! Lini pertahanan menjadi sumber petaka bagi Manchester biru. Cladio Bravo dan kedua sisi bek kiri dan kanan menjadi kelemahan utama dan selalu dieksplor para penyerang lawan. Alhasil kekuatan lini tengah dan lini depan City itu menjadi sia-sia.
Kehebatan dari seorang Pep terlihat ketika dia fokus membenahi lini pertahanan saja, tanpa merubah lini tengah dan depan! Ederson Moraes (kiper) Benjamin Mendy (bek) Kyle Walker (bek) Danilo (bek) dan Bernardo Silva (penyerang) didatangkan dengan harga sangat mahal! Namun hasilnya langsung terlihat. Memang para bek lawas City itu sudah uzur termakan usia.
Yang paling menonjol dari pembelian tersebut tentu saja Ederson dan Kyle Walker. Ederson adalah seorang kiper hebat. Kehebatannya semakin bertambah ketika dia lebih memilih untuk menerima tendangan keras Sadio Mane demi sebuah bola! Ederson kemudian jatuh terkapar dengan kepala berlumuran darah. Aksi heroik itu menjadi peringatan bagi semua penyerang di EPL bahwa seorang Ederson tidak akan pernah ragu untuk berjibaku demi sebuah bola.
Kyle Walker adalah salah satu pelari cepat di EPL! Kecepatan berlarinya hanya sedikit di bawah perlari tercepat EPL yang juga teammate-nya, Leroy Sane. Kyle berlari lebih cepat daripada penyerang seperti Jamie Vardy maupun Sadio Mane. Kyle (kanan) dan Mendy (kiri) kuat dalam bertahan maupun menyerang serta didukung fisik yang kuat pula! Kecepatan menjadi senjata pamungkas karena mereka selalu berada pada tempat yang tepat pada saat yang tepat pula, baik dalam posisi bertahan maupun menyerang!
Itulah sebabnya David Silva terutama Kevin de Bruyne terlihat begitu perkasa di lapangan tengah. Mereka sungguh menikmati totalitas permainan City yang sekarang ini, dengan fokus menggedor lewat sisi tengah. Sisi kiri menjadi milik Leroy Sane yang ditopang Mendy. Sisi kanan milik Sterling ditopang Kyle. Kedua sisi kiri/kanan ini mempunyai skill yang tinggi dalam mengolah bola plus kecepatan. Gaya berlari Sane dan Sterling yang suka meliuk-liuk membuat setidaknya dua pemain lawan harus menjaga mereka.
Pergerakan dan kecepatan penyerang sayap dan bek sayap tersebut membuat lini tengah lawan menjadi lebih longgar. Akhirnya lini tengah menjadi milik berdua de Bruyne dan David yang selalu ditopang oleh seorang "lelaki perkasa," Fernandinho! Fernandinho juga menjadi salah satu tokoh kunci kesuksesan City. Walaupun "hanya seorang diri" dalam skema 4-1-4-1 pep, Fernandinho sanggup mematahkan serangan untuk melindungi Stones dan Otamendi. Duet bek tengah John Stones dan Otamendi juga tak kurang gagahnya dalam melindungi Ederson. Catatan sepuluh clean sheet sudah menjelaskan betapa kuatnya lini pertahanan City itu!
***
Lalu di mana letak rahasia keberhasilan City ini? Menurut Pep rahasianya sangat sederhana, yaitu bermain dengan cara yang sederhana pula. Prinsip dasar bermain sepak bola adalah adanya keseimbangan antara pola menyerang dan bertahan. Pep sudah belajar banyak dari pengalamannya selama ini dan juga bagaimana lemahnya sisi pertahanan City musim lalu. "tiki-takanya sering dikibulin serangan balik cepat dari skema parkir bus ala Mou.. atau grendel ala mafioso..." Dan sungguh, sakitnya tuh ada di sini.Â
Timnya sering kebobolan melalui serangan balik ketika mereka kehilangan kendali atas umpan-umpan yang sederhana, atau ketika para pemain ingin menunjukkan "kreativitas yang berlebihan." Ketika pemain kehilangan bola maka bencana sudah mengintai! Pep sadar skuatnya kali ini mempunyai kecepatan selain skill yang hebat dalam mengolah bola. Kali ini Pep ingin memaksimalkan kecepatan itu bukan hanya untuk menyerang, tetapi juga untuk bertahan!
Kini permainan City menjadi terorganisir dan sederhana. Tidak ada gegen pressing, tiki-taka atau total footbal. Para pemain itu punya skill dan kecepatan yang mumpuni. Pep mempersilahkan para pemainnya untuk "mengeksplorasi dan mengeksploitasi" seluruh sisi lapangan. Lalu mereka bermain dengan cara sederhana, cukup dengan satu atau dua sentuhan, tak lebih dari itu. Bola lalu mengalir cepat dari kaki ke kaki tanpa ada hambatan.
City hebat bukan semata karena memiliki penyerang hebat saja, tetapi justru karena prinsip bermain mereka yang sederhana itu. Di City tidak ada pangeran atau "seniman bola yang suka menahan bola berlama-lama lalu mempertontonkan kemampuan akrobatiknya." Bola mengalir cepat hanya dengan satu atau dua sentuhan saja karena semuanya tahu apa yang harus dilakukan. Mencetak 40 gol dan hanya kemasukan 7 gol dari 12 pertandingan, jelas menunjukkan betapa sederhananya skema permainan City ini! City surplus 33 gol! Bandingkan dengan juara bertahan, Chelsea yang hanya surplus 13 gol.
Perjalanan memang masih panjang, dan Pep tidak mau cepat puas. Itulah sebabnya dia mengancam akan menendang keluar pemain-pemain yang cepat merasa puas.
Salam hangat
Reinhard Freddy Hutabarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H