Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Malangnya Nasibmu Dovizioso...

13 November 2017   15:38 Diperbarui: 13 November 2017   16:11 3774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui bersama, Marquez akhirnya menyegel juara Moto GP-2017 pada perhelatan pamungkas Moto GP Valencia, di sirkuit Ricardo Tormo, Minggu 12 Nopember 2017 kemarin. Akan tetapi Marquez meraihnya dengan penuh perjuangan "hidup-mati!" Marquez bahkan harus mengerahkan seluruh jurus kemampuannya yang ada, plus keberuntungan yang "diberikan Tuhan" kepadanya sebagai pembalap tuan rumah agar bisa merengkuh podium...

Marquez memang pantas menjadi juara dunia. Sepanjang musim ini Marquez berjuang sampai titik darah penghabisan agar bisa menjadi numero uno. Sama seperti the doctor, Valentino Rossi, Marquez berhasil meraih gelar keempatnya dari lima kali keikutsertaannya pada perhelatan Moto GP. Boleh dikatakan level permainan Marquez kini sudah setara dengan Rossi.

Dalam balapan kemarin itu, ada tiga momen penting yang tidak akan terlupakan oleh para penggemar Moto GP di seluruh dunia. Momen pertama tentu saja ketika Marquez berhasil lolos dari lubang jarum tikungan pertama pada lap ke-23! Pada saat itu Marquez berhasil melewati Zarco di trek lurus sebelum memasuki tikungan maut tersebut. Ketika memasuki tikungan, Marquez kehilangan kendali motor dan meluncur ke sisi luar tikungan dalam posisi rebah bersama motornya. Ajaibnya Marquez berhasil menguasai keadaan, menegakkan kembali motornya untuk melanjutkan balapan.

Konon Ghost rider (diperankan oleh Nicolas Cage) pun tak mampu berbuat demikian. Ghost rider itu memang mampu menaiki gedung bertingkat puluhan, lalu menuruninya kembali dibalut api yang menyala-nyala. Namun kalau Ghost rider itu dalam posisi seperti Marquez, maka dia akan tetap terjatuh dengan tengkorak terlepas.... Setelah tertawa terbahak-bahak, dia akan mengambil kepalanya, menegakkan motornya, lalu mengendarainya sambil tertawa lebar (hahahaha....)

Kembali ke Ricardo Tormo. Seandainya Marquez crash dan kemudian hanya bisa menangis senggugukan saja di gravel, maka Lorenzo akan berbuat nekat! Bermodalkan ilmu Pilkada Jakarta kemarin, dia akan berbuat segala cara untuk mengenyahkan Pedrosa dan Zarco yang kini terlibat duel seru wheel to wheel demi mengejar kampiun di Ricardo Tormo.

Lewat strategi "ayat dan mayat" Lorenzo kemudian berhasil membuat Pedrosa dan Zarco mengikuti jejak Marquez, crash lalu menangis senggugukan di gravel. Maka terbukalah jalan lebar untuk mencetak sejarah. Desmosedici finished satu dua di Ricardo Tormo. Lorenzo lalu membuka jalan bagi Dovi untuk menjadi jawara baru. Tapi eits nanti dulu. Lorenzo baru akan memberi jalan pada Dovi pada saat-saat terakhir sebelum garis finish...  

Akan tetapi apapun itu, Italia akan "merdeka sekali lagi!" The doctor, Valentino Rossi akan segera dilupakan. Nomer 46 akan disimpan di museum! Telah lahir jawara baru, Italiano sejati yang menunggangi motor lelaki sejati yaitu Ducati Desmosedici GP! Adakah yang lebih heboh lagi di Italia selain daripada Andrea Dovizioso menjadi juara dunia bersama Desmosedici? Juara dunia bersama Ducati, adalah sesuatu hal yang tak pernah mampu dilakukan oleh Rossi...

Akan tetapi mimpi tinggal mimpi karena kenyataan sangat berbeda dengam mimpi. Justru Lorenzo dan Dovi menangis senggugukan di gravel dan Marquez tetap ngacir menuju podium!

Momen kedua adalah Jorge Lorenzo ingin menjadi juara ke-4 di sirkuit Ricardo Tormo! Itulah yang diperlihatkannya sejak mulai start, sampai kemudian dia terjatuh di lap ke-24! Dari 30 lap balapan tersebut, Lorenzo berhasil mengunci posisi 4 itu selama 23 lap! Mengapa Lorenzo yang mantan jawara dunia itu tidak berusaha mencoba menjadi jawara di Ricardo Tormo, hanya Tuhan dan  Lorenzo sendirilah yang tahu...

Akan tetapi "kehebatan" Lorenzo itu membuat langkah Dovi menjadi tertahan! Beberapa kali Lorenzo dan Dovi terlibat duel seru untuk merebut posisi empat, namun Lorenzo tak mau juga mengalah. Atau setidaknya, tidak tampak juga usaha Lorenzo untuk mengganggu Pedrosa yang berada di depannya. Justru Pedrosa yang bersikap profesional. Dia sengaja berada di posisi ketiga untuk menahan laju duet Ducati tersebut. Ketika mereka berdua menangis di pit, maka Pedrosa langsung menunjukkan jati dirinya dengan menjuarai GP Valencia.

Ngeyelnya Lorenzo ini memang telah menjadi pergunjingan para warganet. Ducati telah berusaha keras membujuk Lorenzo agar mengalah, baik lewat cara kasat mata maupun yang tak terlihat mata! Pesan ke dashboard motor maupun lewat pit-board berulang kali dikirim, tetapi sepertinya Lorenzo itu "mendadak buta aksara!"

Bos Ducati akhirnya mengirim jelangkung untuk menarik motor Lorenzo. Tetapi sial, jelangkungnya ternyata geblek juga. Motor Dovi turut juga ditariknya gegara kelirnya sama dengan motor Lorenzo....

Momen ketiga adalah Doviozo memang belum layak menjadi seorang juara dunia, dan itulah yang diperlihatkannya dalam race kemarin itu. Mental memang menjadi pembeda. Itulah yang membedakannya dari Lorenzo, Marquez, Rossi atau Casey Stoner, jawara sejati Desmosedici.

Start dari posisi 9 sudah menunjukkan sisi inferior sang penantang terhadap petahana yang berada di pole! Dari aspek ini saja kita sudah tahu bahwa pertandingan sudah usai bahkan sebelum race dimulai!

Kalau posisinya dibalik antara Lorenzo dengan Dovi, maka sampai di pit, itu Dovi pasti sudah digebukin sama Lorenzo! Itulah salah satu yang membedakan juga. Dovi itu "lelaki tanpa nafsu!" Selain bakat luar biasa, kerja keras, strategi dan nasib baik, diperlukan "sesuatu" agar bisa menjadi jawara! Sesuatu itu faktor Non-teknis, termasuk juga nafsu, sifat licik, licin dan sebagainya. Sungguh, Dovi tidak memiliki itu...

Artinya kalau mau menjadi jawara, Dovi harus mengasah bakatnya lagi, bekerja lebih keras lagi, mengatur strategi hebat dan tentu saja banyak-banyak amal ibadah agar nasibnya lebih baik...

Tetapi bukan kali ini saja Dovi dicuekin rekan setim. Tahun kemarin itu berkali-kali Dovi "diseruduk" Ianone, sehingga kedua rider Ducati itu menangis senggugukan di gravel. Lalu Ianone dipecat dan pindah ke Suzuki. Dan disana biang kerok itu sungguh tidak berdaya dengan hanya mampu mengumpulkan 70 poin saja. Sepertinya dia akan dipecat Suzuki juga. Lalu mengapa Lorenzo ingin meniru perangai Ianone itu? Entahlah, mungkin tahun depan Lorenzo akan dipecat Ducati juga. Zarco, Petrucci atau bahkan sigaek Crutchlow lebih pas menemani Dovi musim depan...

Salam hangat

Reinhard Freddy Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun