Oktober kemarin persis tiga tahun Jokowi resmi menjadi penguasa nomer satu di Indonesia. Langkah sang presiden untuk menuju tahta RI-1 itu kemudian penuh dengan "darah dan air mata," baik di alam nyata, maupun di alam maya...
Pertempuran di alam maya jauh lebih mengerikan daripada di alam nyata. Musuh di alam nyata seringkali masih mau menebarkan senyum manisnya dibalik kritikan tajam yang dilontarkan. Namun musuh di alam maya itu laksana iblis keji penebar hoaks yang tak berperi kemanusiaan...
Tentu saja sudah sangat banyak artikel yang membahas tiga tahun kepemimpinan Jokowi dengan jargon, "kerja, kerja dan kerja" itu. Topik yang paling sering dibahas adalah isu Infrastruktur, Pembangunan di daerah-daerah tertinggal dan tentu saja Perppu Ormas yang kemudian berhasil digolkan menjadi Undang-Undang Ormas.
Akan tetapi artikel ini bukan untuk membahas Jokowi yang hendak mantu itu, ataupun prestasi Jokowi selama tiga tahun menjadi presiden RI. Artikel ini justru hendak membahas "Perilaku Masyarakat Selama 3 Tahun Jokowi berkuasa" Jadi kita bukan berbicara perihal presidennya, melainkan perilaku penduduk negaranya. Mari kita cermati pengaruh Jokowi terhadap unsur-unsur masyarakat itu.
***
Pertama, Kelompok masyarakat
Saat ini hanya ada dua kelompok masyarakat yang menonjol, "Projo atau Konjo!" Projo (Pro Jokowi) adalah sebutan untuk kelompok-kelompok pendukung Jokowi. Mulai dari kadar yang paling ringan (suka memberi "Like" untuk semua hal berbau Jokowi di sosmed) sampai dengan kadar berat yang suka menyebut, "Situ waras?" bagi setiap orang yang meragukan Jokowi.
Kelompok kedua adalah Konjo (Kontra Jokowi) sebutan untuk kelompok-kelompok pembenci Jokowi. Konjo kelas ringan biasanya bertingkah seperti "kecebong yang suka mengotori" lapak orang lain di sosmed dengan memposting meme-meme bergaya lebay. Konjo kelas berat biasanya suka berdebat kusir bahkan hingga dini hari untuk hal yang remeh-temeh. Sebagian lainnya lebih suka untuk "mengkafirkan" orang-orang yang tidak sependapat dengannya...
Kelompok ketiga, diluar kedua kelompok diatas adalah kelompok masyarakat yang bukan Projo maupun Konjo. Yaitu masyarakat waras yang masih mau memakai nalar. Berkata benar untuk hal yang benar dan berkata salah untuk hal yang salah! Di dunia ini tidak ada kebenaran absolut, termasuk juga bagi Jokowi! Namun sejak Jokowi berkuasa, dua kelompok diatas (Projo dan Konjo) kemudian mendominasi media komunikasi. Kelompok Projo dan Konjo ini, selalu berusaha menggiring warga untuk menentukan pilihan, menjadi Projo atau Konjo!
Akibatnya ruang ekspresi warga menjadi sempit. Misalnya ada seorang warga mengkritisi kebijakan pemerintah untuk satu isu tertentu di sosmed. Lalu di lapak warga tersebut akan ramai dengan debat kusir diantara kelompok Projo dan Konjo, yang justru terkadang tidak nyambung dengan topik yang sedang diulas. Lain waktu, ketika warga tadi memuji pemerintah untuk isu yang lain, maka warga tadi akan dibully sebagai warga yang tidak mempunyai prinsip!
Jadi peran Jokowi sangat besar dalam membentuk perilaku kedua kelompok masyarakat ini...