Setelah diperintahkan oleh Presiden Jokowi, BPH Migas (Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi) akhirnya menurunkan toll fee (tarif pengangkutan) gas bumi pipa Arun-Belawan dari sebelumnya US $2,53/MSCF menjadi US $1,546/MSCF pada akhir Agustus kemarin.
Dengan penurunan toll fee ini, BPH Migas berharap harga gas untuk PLN dan industri bisa ditekan dibawah US $ 10 per MMBTU.
Coba bandingkan tarif pipa Arun-Belawan yang jaraknya 340 kilo meter itu dengan tarif pipa para traders yang "hanya sejengkal," namun biayanya bisa menjapai US $0,50/MSCF!!
Akan tetapi bagi PLN harga gas yang kini berkisar US $ 10 per MMBTU itu tetaplah berat. Apalagi PLN punya beban sosial harus menopang listrik bagi rakyat prasejahtera. Di sisi lain sebagai BUMN, PLN dituntut juga harus menguntungkan. Pasar utama PLN tentulah industri. Untuk itu harga jual listrik PLN harus bisa bersaing, padahal BBM/BBG menjadi komponen utama dari biaya produksi PLN.
Ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya terkait penawaran Keppel ini. Semua juga tahu kalau Jonan yang koppig itu sudah menetapkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 45 Tahun 2017 untuk melindungi Pertamina/PGN. Â Harga gas LNG impor maksimal harus 14,5% dari ICP, Indonesian Crude Price (harga minyak mentah Indonesia) di plant gate (pembangkit listrik)Â
Misalnya harga ICP bulan Juli 2017 sebesar US $45,48/barel. Maka harga gas maksimal di plant gate PLTGU PLN adalah US $45,48/barel X 14,5% = US $ 6,59 per MMBTU!!!
Ini adalah satu tantangan yang sangat luar biasa bagi Keppel. Sebagai informasi, harga gas LNG di PLTG Belawan berkisar US $ 10 per MMBTU. Gas LNG tersebut berasal dari kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Dari Tangguh, LNG yang telah dicairkan tersebut di kirim ke Arun untuk di regasifikasi terlebih dahulu. Lalu dari Arun gas tersebut dikirim ke Belawan melalui pipa gas sepanjang 340 km.
Dalam kunjungannya ke Medan akhir Maret 2017 lalu, Jonan menyoroti mahalnya biaya distribusi gas ke pembangkit PLTGU Sicanang, Belawan ini. Ada sejumlah komponen biaya yang dibebankan kepada PLN sehingga harga gas menjadi mahal sampai di PLTGU Belawan. Akibatnya produksi listrik menjadi mahal, dan tarif listrik untuk masyarakat jadi susah diturunkan. Total biaya distribusi ini ditaksir lebih dari US $ 4 per MMBTU!!!
Lalu bagaimana cara Keppel memangkas harga agar bisa lolos dari jebakan Peraturan Menteri ESDM Nomor 45 Tahun 2017 itu?
Dari segi transportasi jelas Keppel lebih murah, karena jarak Singapura-Belawan jauh lebih dekat daripada jarak Papua-Lhok Seumawe-Belawan!!! Dari sini saja harga sudah terpangkas sekitar US $ 3 per MMBTU.
Masalahnya di Medan itu tidak ada Terminal regasifikasi karena di Sumatera hanya ada di Lhok Seumawe dan di Lampung. Apalagi membangun Terminal Regasifikasi itu biayanya bisa mencapai puluhan bahkan ratusan miliar rupiah.