Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Patrialis Akbar dan Antraks!

4 September 2017   18:07 Diperbarui: 4 September 2017   20:05 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : bali.tribunnews.com

Harga rata-rata daging sapi hidup dari peternak lokal sudah berkisar Rp 45.000/kg, dengan harga karkas berkisar Rp 88.000/kg. Dengan kondisi begitu, harga pembelian daging sapi lokal jenis terburukpun tidak akan kurang dari Rp 90.000/kg! Bayangkan kalau daging impor itu bisa dibawa masuk kemari....

Tapi ada kendala besar. Indonesia tadinya menganut mazab Country-based. Artinya daging sapi yang di impor harus berasal dari negara yang bebasdari PMK (PenyakitMulut dan Kuku) sapi yang mematikan itu. Namun karena isu kebutuhan daging sapi nasional yang di mark-up dan beleid menurunkan harga daging sapi, mazab itu dirubah menjadi zona-based Artinya daging sapi yang di impor cukup berasal dari zona aman, walaupun negara itu belum sepenuhnya bebas dari penyakit Mulut dan kuku sapi, misalnya seperti negara India!

Akan tetapi yang namanya bisnis di tanah air, siapa yang bisa menjamin semuanya sesuai dengan aturan! Siapa yang bisa menjamin "sarung Bali bukan berasal dari Balige!" Ketika KPK menggeledah kantor Hariman yang memiliki 20 perusahaan impor itu, ditemukan puluhan stempel halal dari berbagai negara serta dokumen palsu pendukung lainnya. Hariman adalah pemain lama dalam bisnis ini.

Masalah perubahan menjadi zona-based inilah yang kemudian diajukan judicial review oleh Dewan Peternakan Nasional ke MK, karena penyakit Mulut dan kuku sapi ini sangat berbahaya. Indonesia bersama Australia dan Selandia Baru adalah negara yang bebas dari PMK, sehingga bisa dengan bebas untuk mengekspor sapi ke seluruh dunia. Sayangnya kita justru masih kekurangan sapi. Untunglah ada "OTT oleh KPK sehingga "paha sapi tersingkap" dan kasus ini pun terungkap...

***

Kabar buruk kini datang melanda dunia peternakan Indonesia. Setelah lama menghilang, kasus antraks kembali terjadi di Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Tiga ekor sapi dilaporkan mati secara mendadak. Antraks merupakan jenis penyakit menular yang dapat membunuh manusia. Sebelumnya pada Januari 2017 lalu, antraks telah menyerang 1 ekor sapi, 4 ekor kambing dan 16 orang di Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulonprogo. Belum diketahui darimana datangnya antraks tersebut. Tetapi yang jelas ke 16 orang tersebut telah terkontaminasi ketika menyembelih dan atau mengkonsumsi daging sapi yang telah terkena antraks tersebut.

Bukan bermaksud menuduh atau memprovokasi, ada baiknya pemerintah meninjau ulang kembali kebijakan impor daging kerbau beku dari India selama ini. India bukanlah negara Country-based yang seluruh wilayahnya bebasdari PMK.Artinya kita tidak bisa memastikan bahwa daging kerbau beku impor tersebut berasal dari zona aman!

Kasus antraks yang mendadak ini perlu menjadi pertimbangan semua pihak untuk mengkaji ulang impor dari India ini. Sekiranya juga harus mengimpor daging sapi, mengapa tidak dari Australia atau Selandia Baru saja seperti selama ini?

Atau sebaiknya kita mengimpor sapi bakalan saja untuk digemukkan di Indonesia. Dengan demikian kita bisa mendapatkan banyak nilai tambah terutama lewat angkatan kerja di peternakan sapi dan pertanian pakan ternak...

Salam hangat

 Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun