"Hah!" Krisna bergumam kaget! Kamar tidur itu sudah rapi bersih. Rasanya kemarin malam masih berantakan. Siapa yang membereskannya? Krisna tak habis pikir.
"Hah!" Krisna berteriak kaget! Roro Mendut juga menghilang! Ini adalah untuk yang kedua kalinya. "Buset" gerutunya tak habis pikir.
Krisna segera keluar dari kamar, dan kini dia lebih takjub lagi. Seisi rumah sudah bersih, kinclong sama sekali! Lha siapa yang membersihkan? Sundari, sepupunya yang selama ini dititipin untuk menjaga rumah, juga sedang berada di Pamekasan menjaga mertuanya yang sedang sakit. "Apakah rumah ini ada "penunggunya?" gerutu Krisna perlahan. Tapi Krisna tidak percaya kepada hal-hal yang begituan. Apalagi ini adalah rumah miliknya, warisan dari mbah kakung Wagimin, kakek Krisna, yang juga diwarisi dari kakeknya mbah kakung Wagimin sendiri...
"Ah, jangan-jangan..." Krisna terkesiap. "Jangan-jangan ini kerjaannya kakek dari mbah kakung Wagimin sendiri ..." Krisna tertawa geli sampai kemudian wajahnya pucat pasi ketika melihat secangkir kopi diatas meja! Kopinya hitam. Baunya harum, khas kopi, dengan asap panas yang mengepul keluar dari dalam cangkir tersebut. Artinya kopi tersebut masih panas pertanda baru dibuat! Krisna lalu berjalan menuju dapur. Masih terlihat bara api dari kayu yang dipakai untuk menjerang air panas. Lalu terdengar suara lembut menyapa, "sudah bangun kakanda..."
Krisna lalu menoleh kearah suara itu. Terlihat sosok Roro Mendut di pojok dapur. Krisna lalu menatap ke arah mata, bibir dan dada Roro Mendut, lalu pandangannya mulai nanar. Tungkai kakinya lemas, dan rasanya mau pingsan. Apakah lemas itu karena dari semalam dia belum makan? Entah lah. Kemudian rasa lemas itu tak tertahankan lagi. Sebelum pingsan, Krisna masih sempat mencubit lengan kirinya dengan kuat. Sakit tenan! Lalu dia terjatuh ke lantai...
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H