Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kelas Menengah dan Lesunya Perekonomian

19 Agustus 2017   20:03 Diperbarui: 20 Agustus 2017   18:46 4419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar perekonomian bergairah kembali, tentu saja pemerintah harus mengeluarkan stimulus "yang memihak" kepada KMA dan KM ini agar mereka mau melakukan ekspansi usaha atau investasi baru yang otomatis akan memutar roda perekonomian. Kemudahan perizinan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) atau one stop service pasti akan menjadi "doping mujarab." Selama ini birokrasi perizinan selalu menjadi momok yang menakutkan bagi investor.

Selain perizinan tentu pemerintah diharapkan mau mempertimbangkan kelonggaran tax holiday,tax allowance, dan kemudahan tarif pajak lainnya untuk investasi baru. Untuk jangka pendek mungkin Dirjen Pajak tidak akan tertarik dengan kelonggaran ini. Akan tetapi investasi selalunya akan membuka lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi. Otomatis pendapatan pajak juga akan didapat dari para pelaku bisnis tersebut.

Setelah perizinan dan pajak, poin penting lainnya adalah "mindset terhadap pebisnis!" Di negeri ini para pebisnis selalu menjadi "sapi perahan" politisi, aparatur negara dan masyarakat sendiri. Stigma "aseng penipu" selalu melekat pada citra pebisnis. Pebisnis yang "berkulit gelap" pun tak bisa lepas juga dari "stigma aseng" ini. Akibatnya pebisnis menempati "kasta" terendah dalam hirarki bermasyarakat kita. Sudah saatnya negara dan masyarakat "menghargai dalam arti yang sebenarnya" para pebisnis, sama seperti warga terhormat lainnya.

Pebisnis itu sama seperti pelita di kegelapan. Ketika cahaya pelita tersebut terang, maka kegelapan pun akan menjauh. Ketika cahaya pelita tersebut meredup maka kegelapan pun mulai mendekat. Ketika cahaya pelita tersebut padam, maka "habis terang terbitlah kegelapan..."

Indonesia bisa belajar kepada Bali yang warganya benar-benar business oriented. Ekonomi Bali bertumbuh karena jiwa entrepreneurship warganya. Persawahan dan bahkan upacara pembakaran jenazah pun mempunyai nilai jual! Itu karena semua orang business oriented dan menghargai apa itu bisnis dan para pelaku bisnis!

Akhirnya Bali pun menjadi kondusif dan homy untuk ditinggali dan bisnis pun akhirnya menggeliat mengikuti deburan ombak di pantai Kuta.

---

Salam hangat,
Reinhard Freddy Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun