Pendapatan dari KMB ini sangat dipengaruhi oleh maju mundurnya perekonomian nasional dan global. Ketika ekonomi melambat, maka KMB dan KB adalah kelompok pertama yang terkena dampaknya. Berkurangnya pendapatan otomatis akan mengakibatkan belanja mereka hanya untuk kebutuhan rumah tangga saja.
Ketiga, KMA (Kelompok Menengah Atas)
KMA ini adalah kelompok terkecil dari seluruh kelas menengah. tetapi KMA mempunyai kekuatan finansial yang paling besar melebihi gabungan dari kedua kelompok dibawahnya. Pengeluaran belanja rutin dan konsumsi KMA cenderung stabil dan tidak terpengaruh faktor psikologis maupun gejolak turun naiknya perekonomian.
Akan tetapi KMA ini mempunyai cadangan dana yang cukup besar, yang sering diinvestasikan dalam bentuk tanah, properti maupun surat-surat berharga. KMA ini umumnya adalah pejabat negara, kaum profesional maupun pebisnis yang lihai "membaca situasi," terkait kemampuan mereka untuk mendapatkan informasi kelas "A1" dari sumber yang tepat! Mereka dekat dengan otoritas pemangku kebijakan sehingga bisa "memetakan, memprediksi dan mengendalikan" harga tanah pada daerah tertentu. Itulah sebabnya hanya dalam waktu tiga tahun saja, harga tanah yang mereka beli bisa melonjak hingga sepuluh kali lipat!
Arah bisnis konglomerat pastilah sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah. Akan tetapi bagi KMA, terkadang kebijakan bisnis mereka tidak selalu tergantung dengan kebijakan pemerintah. KMA memang termasuk kelas pebisnis tangguh. KMA ini berperan besar dalam memutar perekonomian lewat investasi-investasi mereka di bisnis properti, industri, retail maupun bisnis wisata/hiburan. Saat ini KMA memang menahan diri untuk melakukan investasi baru atau memperbesar usaha mereka. Ini terkait "faktor psikologis" seperti kebijakan pemerintah, sosial politik tanah air dan ekonomi global.
Kesimpulan
Dari uraian diatas kita akhirnya dapat memahami salah satu penyebab lesunya perekonomian yang diakibatkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Ketika KMA menahan diri untuk ekspansi usaha atau melakukan investasi baru, maka KM dan KMB dan juga KB (Kelompok Bawah) yang menjadi mitra kerja KMA akan kehilangan pendapatan tetap/tambahan, sehingga mereka juga terpaksa akan mengurangi biaya konsumsi mereka.
Dana KMA yang idle tersebut kemudian disimpan dalam bentuk surat berharga dan tabungan di bank. Itulah sebabnya dana masyarakat yang "tidur" (tersimpan) di bank saat ini lebih banyak bila dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya adalah, uang tersebut tidak berputar alias bisnis KMA ini juga berjalan stagnan/lambat.
Dalam "kaca mata" KMA (karena mereka itu orang kaya) tentu saja tidak ada penurunan daya beli, karena konsumsi mereka tidak dipengaruhi oleh pendapatan mereka. Bagi KM, kini mereka mulai berhati-hati. Sekalipun masih memiliki dana cadangan, mereka cenderung untuk mengurangi biaya konsumsi. Bagi KMB tidak ada pilihan lain. Mereka harus mulai berhemat agar tidak turun kelas ke KB.
Satu hal lagi, kita dapat melihat betapa timpangnya pemerataan sosial itu. KB, KMB dan sebagian KM (jumlah warga terbesar) tidak mampu menggerakkan perekonomian selain belanja rumah tangga mereka. Artinya uang mereka hanya pas-pasan untuk biaya hidup dan sedikit tabungan saja. Sebagian KM dan KMA (jumlah warganya sedikit) berperan besar dalam maju mundurnya perekonomian negara. Artinya uang mereka sangat banyak. Ketika uang tersebut disimpan di bank, ekonomi melemah. Ketika uang dari bank itu diputar ke sektor riil, maka ekonomi lalu bergairah, dan pengangguran pun berkurang!
***