Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa Seorang Napi... (Bagian 3)

10 Agustus 2017   12:17 Diperbarui: 12 Agustus 2017   10:50 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : detikNews

Ironis memang, "jualan" barang-barang mewah itu tidak selalu harus lewat pameran atau launching product di Mall, cukup di lapas saja. Selain biaya pemasarannya rendah, barang  dagangan itu pun tidak pernah ditawar! Hendra juga ditawari Gunawan  dengan potongan harga yang besar. Ya, Gangster Narkoba memang harus naik  Ferrari, bukan Proton!!!

***

Masa berganti, waktu berlalu.  Sepuluh tahun Hendra terpenjara tetapi dia menikmati kebebasan yang luar  biasa melebihi ketika dia berada di alam bebas. Dulu dia bukan  siapa-siapa, tetapi disini orang-orang memanggilnya Ketua, Boss, Al Capone,  atau apa saja panggilan hormat lainnya. Disini orang sangat  menghormatinya bahkan termasuk Ka Lapas sendiri. Disini dia seorang  Legenda, bukan karena dia mau, tetapi karena media dan orang-orang  maunya begitu....

Sejak identitas Hendra diketahui, peredaran  narkoba di lapas pun menjadi teratur dan terkendali. Tidak ada yang  berani berbuat curang atau menipu. Para bandar di lapas juga kini  membayar upeti kepada Hendra lewat sekretarisnya. Mereka mafhum, Hendra  memegang stok sangat banyak. Kalau barang itu dibanjiri ke lapas, maka  harga akan anjlok dan mereka akan mampus. Nama besar Hendra di lapas ini  juga menjauhkan mereka dari para saingan dan incaran para polisi amplop  tukang peras...

Di lapas Hendra tidak perlu berbuat apa-apa.  Kerjanya hanya makan, tidur, ngobrol dan membalas penghormatan orang  lain termasuk sipir. Bagi Hendra semuanya gratis. Pizza, bakmi atau  apapun, semuanya sudah dibayar oleh tetangga! Bagi napi kelas proletar  tempat dimana Hendra dulu bermukim selama lima tahun itu, nama Hendra  sangat dihormati. Orang-orang menyebut Hendra menguasai jaringan narkoba  pada beberapa lapas besar. Dengan menyebut nama Hendra saja, napi  dipastikan akan mendapatkan barang bagus di dalam lapas...

Tetapi  di alam bebas sana, Hendra bukan legenda dan dia juga bukan siapa-siapa!  Kebebasan itu kini telah datang memaksa, mengancam dan bahkan hendak  mengurungnya dengan segala problema kehidupan di alam bebas sana.  Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Air matanya mengalir  membasahi pipinya. Rasa takut yang dirasakannya ketika untuk pertama  kalinya datang ketempat ini, sama seperti yang dirasakannya sekarang  ketika akan meninggalkan tempat ini...

Setelah menenangkan hatinya  dia pun mulai berdoa, ya dia akhirnya mampu berdoa untuk  pertamakalinya. Lalu dia menuliskan doanya itu dalam sebuah surat...

"Tuhan  kasihanilah aku orang jahat ini. Selama dipenjara ini aku tidak pernah  berdoa kepada-Mu karena aku tahu Engkau sangat menyayangiku dan  menempatkanku di tempat yang tepat. Tuhan, untuk itu aku sangat  berterimakasih karena aku memang sangat bahagia disini. Tuhan,  maafkanlah aku atas kelalaianku untuk berdoa selama ini. Tuhan..  izinkanlah aku agar tetap disini, karena diluar sana aku bukan  siapa-siapa dan itu membuat aku sangat takut....

Tuhan, bagiku  disini tidak ada penjahat atau penipu. Tidak pernah aku kehilangan uang,  tidak pernah makananku dirampas. Bahkan aku memperoleh banyak uang dan  makanan berlimpah disini, lebih dari ketika aku berada di luar sana. Di  luar sana aku harus bekerja keras hanya untuk membayar cicilan. Aku  bekerja seperti kuli dan menjilat kepada bos supaya aku dapat duit.  Disini aku tidak perlu berpura-pura dan memikirkan bos, karena aku  adalah bos. Aku bahkan tidak pernah membayar apa-apa pada apa yang  kupakai atau kumakan.

Tuhan aku tahu, teman-temanku itu adalah  penjahat kelas kakap, tetapi mereka melakukan kejahatannya di luar sana,  bukan disini!  Disini mereka menjadi orang yang baik. Tuhan aku juga  tahu, selamanyalah kalau mereka berada di luar sana, mereka akan tetap  kembali menjadi seorang penjahat pula! Ketika mereka keluar, mereka akan  tetap berbuat jahat! Kenapa mereka tidak kembali lagi kesini? Itu  semata karena mereka sudah belajar banyak hal dari pengalaman  teman-teman penjahat di sini.

Kini mereka punya cara dan strategi  ampuh untuk mengelabui kejahatan yang akan dilakukannya lagi. Ketika  mereka tidak kembali, itu bukan karena mereka bertobat tetapi karena  sudah semakin pandai!  Tetapi Tuhan, disini mereka tidak mau berbuat  kejahatan, mereka cuma belajar... Hal-hal itulah yang membuat aku takut  berjumpa dengan mereka diluar sana, walaupun disini mereka sangat baik  kepadaku.

Tuhan, itulah alasanku meminta belas kasihmu agar mengizinkanku tetap tinggal disini, terimakasih ya Tuhan.. Amin"

(Selesai)

Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun