Lama Hendra mengetahui kalau Amir sebenarnya mencuri barang dari Jordan, big bosnya sendiri. Selama ini Amir bekerja sama dengan pacarnya, Maya untuk memasarkan narkoba. Bukan itu saja, Amir dan Maya ternyata bermain dua kaki juga dengan Dicky, bos lain, untuk menjual narkobanya. Maya tadinya adalah simpanan Dicky juga. Mereka kemudian mencuri barang dari kedua bos narkoba itu, yang lalu disembunyikan di apartemen Maya. Tetapi Amir kemudian menjadi serakah. Dia lalu membunuh Maya dengan membuatnya over dosis. Setelah mengambil seluruh uang tunai dan sabu di brankas, Amir lalu kabur.
Polisi ternyata memang sudah mengintai Hendra, karena ada informasi bahwa Hendra adalah salah satu pemain baru yang berniat masuk ke pasar narkoba. Apalagi ada rumor mengenai  banyaknya barang baru masuk lewat Thailand. Polisi mengintai Hendra dan Maya untuk mengetahui siapa sebenarnya bos besar dibelakang Hendra. Setelah tertangkapnya Hendra di apartemen Maya, polisi kemudian memastikan bahwa Hendra hanyalah sekelas bandar biasa saja. Polisi menduga, bos yang dicari itu sudah menghilang bersama Amir. Akibat tindakan Amir tersebut, terjadilah perang diantara Jordan dan Dicky yang mengakibatkan tewasnya sembilan orang anak buah mereka sendiri...
Tak ada yang dapat dilakukan Hendra. Hendra kemudian dipecat dari pekerjaannya. Tak ada yang berani menjenguknya terkait isu kepemilikan narkoba yang begitu banyak! Harta, mobil bahkan rumah yang cicilannya belum lunas itu juga sudah dijual isterinya untuk membayar pengacara, dan hasilnya tetap nihil. Hendra dihukum dua puluh tahun penjara. Hendra hanya bisa pasrah tak berdaya, menanggung rasa malu dan penyesalan yang tak terperihkan. Hendra masih beruntung tidak dihabisi oleh dua bos mafia yang kehilangan barang sangat banyak itu...
***
Lima tahun pertama menjalani hukuman di penjara seperti neraka saja bagi Hendra. Bukan hanya secara fisik saja tetapi juga psikis. Rasa marah, kecewa, takut, malu, dan penyesalan yang mendalam membuatnya sering menjerit histeris. Akibatnya Hendra sering dihajar dan dipukuli teman-teman satu selnya. Akan tetapi hal itu tidaklah membuat Hendra menjadi takut kepada mereka.
Karena tidak mempunyai duit, Hendra lalu ditempatkan di sebuah sel besar yang pengap, sel tempat para penjahat kriminal kelas proletar berkumpul. Selama lima tahun pertama menjalani masa hukumannya, Hendra terlihat bagaikan zombie saja. Penampilannya seperti mayat hidup dengan rambut panjang tidak terurus. Jambang dan kumisnya pun tidak dicukur. Kuku jarinya menghitam dengan tatapan mata kosong.
Sesekali dia menangis sedih terisak-isak kalau mengingat anak isterinya. Tak ada yang pernah menjenguknya. Dua tahun pertama, isterinya masih rajin menjenguknya, tetapi kemudian dia mengusirnya dan tidak mau menjumpainya lagi. Hendra tidak mampu melihat tatapan isterinya itu. Jika dia mengingat tatapan mata isterinya tersebut, pasti akan membuatnya meraung-raung, menjerit histeris penuh penyesalan. Hendra lalu memaksa isterinya agar jangan menjenguknya lagi, dan segera melupakannya. Dia sudah mati dan tak ada lagi harapan buat mereka...
***
Diakhir tahun kelima Hendra di penjara, datanglah kabar itu. Isterinya datang menjenguknya dan kali ini Hendra mau menjumpai isterinya karena dia merasa sangat rindu. Isterinya sangat terkejut ketika melihat penampilan Hendra yang seperti orang gila itu. Isteri Hendra nyaris tidak mengenali Hendra lagi. Sambil menangis isterinya memohon izin kepadanya untuk menikah lagi dengan seseorang lelaki yang sangat sayang kepadanya dan anaknya.
Empat tahun yang lalu, Hendra juga sudah meminta kepada pengacaranya untuk mengurus surat perceraian dengan isterinya, agar isterinya itu bisa menikah lagi dengan orang lain. Hendra tidak mau membiarkan isterinya menunggunya sampai hukumannya selesai selama dua puluh tahun itu... Hendra kemudian menangis tersedu-sedu. Bukan karena sedih tetapi karena sangat bahagia. Dia merasa beban yang harus dipikulnya selama ini, akhirnya terangkat juga! Hendra lega isterinya mau menikah lagi. Hendra mau isterinya bahagia walaupun tidak akan pernah bersamanya lagi. Dia telah mati, tetapi cintanya kepada isterinya tidak akan pernah mati untuk selamanya. Kebahagiaan istrinya adalah sukacita terdalam bagi Hendra...
Pernikahan isterinya ternyata membawa perubahan besar bagi Hendra. Hari Natal itu, dia mendapat banyak remisi sama seperti waktu-waktu sebelumnya. Hendra dan para napi lainnya kemudian mendapat hadiah pakaian baru dari berbagai donatur sosial.