Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Misteri Kasus Penyerangan Novel Baswedan

13 Juli 2017   15:08 Diperbarui: 21 Juli 2017   17:47 2104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyewa amatir melakukan pekerjaan ini tentu saja akan sangat berbahaya. Misalnya saja, ketika para amatir itu hendak menikam Novel dari motornya. Ternyata Novel kemudian bersin yang kemudian mengenai muka sipelaku! Sipelaku kaget kemudian melap mukanya. Tapi kemudian pisaunya malah mengenai punggung temannya yang mengendarai motor. Naas merekapun lalu terjatuh. Lalu digebukin warga karena mereka diteriakin Novel, maling! Mereka lalu menangis minta ampun, "tolong pak... tolong... kami bukan maling bukan begal. Kami ini pembunuh bayaran suruhan seorang jenderal......"

Kedua, Motif penyerangan.

Ini memang pertanyaan sulit. Bukan karena tidak ada jawabannya, tetapi justru karena daftar "jawabannya terlalu banyak, sehingga sulit untuk mencocokkan mana yang benar-benar pas!" Daftar nama "haters" Novel beserta kroni-kroninya sangat banyak, dan semuanya bisa dimasukkan kedalam motif penyerangan Novel. Novel memang termasuk kategori "orang tengil!" Itu memang hal yang wajar mengingat dia adalah seorang penyidik KPK. Sifat tersebut memang sudah diwarisinya sejak dari kepolisian, tempat Novel menimba ilmu sebelumnya.

Siapa saja haters Novel itu? Dalam koridor hukum, tentu saja kita akan mengkaitkannya dengan kasus-kasus yang pernah ditangani oleh Novel. Ada kasus penembakan terhadap pencuri sarang walet (ketika itu Novel masih bertugas di kepolisian) Ada kasus dengan mantan boss Novel di kepolisian, yaitu BG, yang ditangkap oleh Novel. Namun kasus itu kemudian mental lewat skenario praperadilan. Para napi-napi korupsi yang kini mendekam di Lapas, adalah pembenci-pembenci Novel! Bahkan para anggota pansus Hak angket KPK yang mengunjungi Lapas Sukamiskin kemarin itu adalah termasuk haters Novel juga....

Ketiga, Kinerja Kepolisian.

Ini memang situasi yang sulit bagi kepolisian. Tidak semua kasus bisa diungkap dengan cepat. Sebagian memang karena dilakukan oleh orang-orang yang sangat profesional. Sebagian lagi karena memang dibutuhkan waktu yang panjang untuk menguraikan persoalannya dulu, agar bisa menemukan jawaban yang lebih komprehensif. "Tidak ada gading yang tak retak" Dalam kasus ini, polisi memang diuji kesabarannya. Terkadang setelah beberapa lama waktu berlalu, sipelaku maupun sang dalang yang lalai, kemudian bisa saja meninggalkan sepotong petunjuk yang dapat dipakai untuk mengungkap kasus tersebut.

Ada yang mengatakan polisi tidak serius menangani kasus ini, dan melakukan "tebang pilih" dalam menangani kasus-kasus tertentu. komentar seperti ini adalah pernyataan spekulatif dengan tujuan politik praktis. Polisi sudah bekerja keras dan akan selalu begitu untuk mengungkap kasus ini. Bukan saja demi penegakan hukum, tetapi juga demi gengsi korps dan tantangan pribadi untuk "menaklukkan" kasus ini.

Keempat, Isu Jenderal.

Ini memang situasi yang sulit bagi Novel dan keluarga. Kondisi fisik dan mentalnya memang benar-benar drop!Tapi itulah tujuan sebenarnya dari penyerangan itu! Novel yang dalam keadaan sekarang bukanlah Novel yang kemarin! Itulah sebabnya saya pribadi tidak ingin berspekulasi menilai komentar Novel terkait isu Jenderal tersebut, karena yang berbicara bukanlah Novel sebagai seorang penyidik KPK, melainkan adalah Novel sebagai seorang pasien yang tidak dapat melihat dengan jelas....

Novel jelas tertekan, dan kecewa kepada kinerja polisi dan KPK yang "dianggapnya" tidak serius menangani kasusnya ini. Dalam kondisi mental begini, sikap Novel itu adalah sesuatu yang terasa wajar. Fokus utama Novel saat ini adalah bagaimana caranya agar dia bisa melihat kembali secara normal sama seperti sebelumnya. Akan tetapi, tim dokter juga tidak bisa menjamin keinginannnya tersebut. Hal ini jelas menimbulkan konflik batin yang hebat....

Lalu ada pengamat hukum yang berkata, "Novel adalah seorang penyidik KPK yang paling top. Lalu mengapa dia berbicara dengan wartawan asing perihal Jenderal ini? Mengapa tidak dibuatkan dalam BAP saja, agar semuanya bisa terang benderang....?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun