Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gelombang Teror Ramadan, Dari Baghdad Hingga Teheran

9 Juni 2017   15:31 Diperbarui: 9 Juni 2017   15:50 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : ArrahmahNews

Serangan teror ganda menyerang gedung Parlemen Iran dan Makam Pemimpin Revolusi Iran, Ayatollah Rohulla Khomeini di kota Teheran, Iran pada Rabu 7/6/2017 kemarin. Pemerintah Iran dalam laporan terakhirnya menyebut 17 orang tewas dan puluhan lainnya terluka atas serangan biadab tersebut. Serangan teror oleh kelompok ISIS di gedung parlemen terjadi ketika empat orang bersenjata berhasil menerobos masuk ke dalam gedung lalu menyerbu dan menembaki massa dengan senapan serbu.

Salah satu dari teroris itu kemudian meledakkan diri di dalam gedung saat sejumlah polisi yang didukung oleh helikopter dan para sniper mulai melakukan pengepungan. ISIS juga menyatakan bahwa serangan ke makam Khomeini, yang berjarak sekitar 19 km dari gedung parlemen Iran itu, dilakukan oleh dua orang “pengantin” bom bunuh diri. Kedua pengantin tersebut kemudian “terbang ke surga” tak lama setelah penyerangan di gedung parlemen dimulai.

Adakah kaitan peledakan bom ini dengan krisis yang sedang berlangsung di Qatar? Salah satu penyebab ketegangan di Teluk pasca gejolak Arab spring adalah akibat semakin mesranya hubungan Qatar dengan Iran. Qatar yang pragmatis terlihat seperti bermain dua kaki. Iran adalah seteru utama Arab Saudi dan Amerika Serikat. Hubungan Arab-Qatar adalah “dekat di mata jauh di hati” Sementara Pangkalan udara militer Amerika Serikat pun berada di Qatar. Ketika Qatar kemudian melirik Iran, maka musibah pun segera menghampiri...

***

Serangan di Teheran ini adalah serangan pertama kali yang diklaim ISIS terhadap Iran. Kelompok ISIS yang diperangi oleh Iran di Suriah, kini mulai melakukan serangan balasan lewat aksi penyerangan bersenjata dan teror bom bunuh diri langsung ke jantung kehidupan pemerintah Iran, yaitu kota Teheran. Pemilihan target sasaran juga mengandung makna filosofi yang tinggi. Gedung Parlemen adalah simbol dari representatif seluruh rakyat Iran. Makam pemimpin Besar Revolusi yang juga Imam Besar Iran, Ayatollah Rohulla Khomeini, memiliki nilai sprituil yang tinggi bagi seluruh rakyat Iran yang menganut mazhab Syiah itu.

Jadi maksud dan tujuan dari aksi teror ISIS ini adalah untuk menakut-nakuti, menghinakan rakyat dan pemerintah, dan juga agar rakyat Iran kehilangan kepercayaan kepada pemerintah karena tak mampu melindungi mereka dari serangan pihak asing. Apalagi Iran baru saja berhasil menggelar pemilihan presiden, dimana Hassan Rouhani terpilih menjadi presiden untuk kedua kalinya. Berhasilkah aksi teror ISIS yang untuk pertama kalinya ke Iran ini?

Untuk menarik perhatian, iya. Akan tetapi aksi ini adalah sebuah aksi lelucon “membangunkan macan tidur!” Aksi teror ISIS ini tak lebih seperti aksi bom panci yang menyerang polisi di Kampung Melayu kemarin. Posisi ISIS yang semakin terdesak di Timur Tengah membuat mereka semakin frustasi dengan bertindak konyol dan brutal. Komando Garda Revolusi Iran (IRGC) langsung merespon dan menuding Arab Saudi dan Amerika Serikat berada dibalik serangan teror di Iran. IRGC berjanji akan membalas dendam atas serangan yang membunuh 17 orang dan melukai puluhan orang lainnya tersebut.

Sebelumnya, dalam memasuki bulan suci Ramadan ini, dunia dikejutkan dengan gelombang aksi teror ISIS yang dimulai dari Baghdad pada 30 Mei 2017 lalu. 27 orang tewas dan 40 orang lainnya terluka saat sebuah bom meledak di luar sebuah toko es krim di kota Baghdad, Irak. Pihak yang berwajib mengatakan bom berasal dari sebuah mobil yang melintas di kawasan tersebut pada Selasa dini hari 30 Mei 2017 itu.

Keesokan harinya, Rabu 31 Mei 2017, sebuah bom mobil bunuh diri menghantam pusat diplomatik di Kabul, Afghanistan yang menewaskan 150 orang dan melukai 413 orang lainnya. Tiga hari kemudian, 3 Juni 2017, sebuah ledakan terjadi pada sebuah iring-iringan pemakaman jenazah pemimpin demonstran Afghanistan, Salem Izdiyar di Kabul, Afghanistan. Ledakan tersebut menewaskan sekurangnya 7 orang dan melukai 119 orang lainnya.

Aksi teror kemudian beralih ke Eropa. Kota London, Inggris diguncang aksi teror yang terjadi di London Bridge dan Borough Market pada 3 Juni 2017 kemarin. Insiden pada kedua tempat tersebut menewaskan 7 orang dan melukai 30 orang lainnya. Aksi teror kemudian beralih lagi ke Australia. Seorang tentara ISIS membunuh satu orang warga dan melukai tiga orang polisi di Buckingham Serviced Apartements, Brighton, Victoria, Melbourne pada 5 Juni 2017 kemarin.

***

Dari semua serangan tersebut, kita melihat keanehan yang tidak lazim dilakukan oleh sebuah organisasi teroris manapun yang pernah ada dimuka bumi ini. Setiap organisasi punya platform, maksud dan tujuan tertentu. Abu Sayyaf, Taliban, Aum Shinrikyo, Hamas, Hizbullah, Tamil Eelam bahkan al-Qaeda mempunyai tujuan yang diterjemahkan lewat filosofi pemilihan sasaran tertentu dalam setiap aksinya.

Walaupun selalu mengusung jargon Khilafah Islam, ISIS ini ternyata bukanlah sebuah organisasi Islam, apalagi bernafaskan Islam, karena apa yang mereka perbuat sangat jauh dari nilai-nilai ke-Islaman. ISIS ini tak ubahnya seperti gerombolan liar para maniak penyuka kekerasan. Bagaimana mungkin ada manusia normal yang tega menyembelih seorang manusia yang sama seperti dirinya sendiri, lalu mempertontonkannya kepada orang lain.  

Posisi ISIS di Suriah kini semakin terdesak, dan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk ditumpas habis. Kini ISIS yang terdesak merobah strategi dengan mengaktifkan para pengantin bom bunuh diri di seluruh dunia. Sebagian besar para mujahidin ISIS ini memang tidak mungkin lagi dapat berangkat ke Irak/Suriah karena situasinya tidak memungkinkan. Pos-pos penjagaan diperbatasan Irak/Suriah sudah dijaga dengan ketat oleh tentara pemerintah.

Itulah sebabnya ISIS menyerukan kepada seluruh anggotanya diseluruh penjuru dunia agar berjihad dengan melakukan aksi teror di lingkungan mereka masing-masing demi terwujudnya kekhilafahan Islam dimuka bumi ini. Walau bagaimanapun, pola serangan brutal gaya baru ISIS ini membuka wawasan baru dalam menyikapi tindakan anti teror yang selama ini diterapkan oleh pihak keamanan di seluruh dunia. Tidak ada lagi tempat-tempat strategis yang harus diawasi dengan ketat, karena semua tempat kini strategis menjadi tempat aksi teror.

Teror di gedung parlemen dan makam Khomeini di Teheran, Bom panci di Kampung Melayu, Bom pada iring-iringan pemakaman jenazah di Afghanistan, Aksi menabrak pejalan kaki di trotoar London Bridge dan penikaman warga di Borough Market adalah sebuah keanehan yang tak pernah dilakukan oleh organisasi-organisasi teroris sebelumnya. Aparat keamanan kini terpaksa harus bekerja keras untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Bagi aparat kepolisian yang berada di lapangan, mau tak mau kini mereka harus merobah paradigma mereka ketika terperangkap dalam menghadapi sebuah aksi teror di lapangan. Situasi di lapangan tidak selalu bisa diprediksi, apalagi dalam sebuah konflik di wilayah pemukiman warga. Terlambat mengambil tindakan, nyawa warga sipil bisa melayang. Ini akan menjadi ujian yang sangat berat bagi petugas di lapangan, karena bisa saja mereka “salah orang”

Polisi di London dipuji karena mereka bertindak cepat dan tepat. Polisi segera menembak mati para teroris hanya dalam waktu 8 menit setelah laporan pertama diterima. Tindakan polisi tersebut berhasil menghindarkan korban yang jatuh semakin bertambah. Akan tetapi pihak intelijen mendapat kecaman keras karena sebagian dari teroris itu sudah teridentifikasi, tetapi kemudian dilepaskan karena kurang cukup bukti. Ini memang situasi yang sangat sulit seperti “fenomena ayam dan telur”

Ini juga yang menjadi kendala Kepolisian/Densus 88 dalam bertindak untuk mengantisipasi setiap ancaman teror. Hal ini terkait dengan isu HAM dan dukungan dari beberapa tokoh/kelompok tertentu yang sering memanfaatkan isu terorisme ini demi keuntungan pribadi. Kita berharap semoga RUU Anti Terorisme yang baru segera terealisasi agar bisa memudahkan aparat keamanan bertindak preventif untuk mencegah setiap tindakan terorisme.

Cegah, Tangkal dan Patahkan!!!

Bravo Densus88 dan Kepolisian RI!

Reinhard Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun