Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gelombang Teror Ramadan, Dari Baghdad Hingga Teheran

9 Juni 2017   15:31 Diperbarui: 9 Juni 2017   15:50 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : ArrahmahNews

Dari semua serangan tersebut, kita melihat keanehan yang tidak lazim dilakukan oleh sebuah organisasi teroris manapun yang pernah ada dimuka bumi ini. Setiap organisasi punya platform, maksud dan tujuan tertentu. Abu Sayyaf, Taliban, Aum Shinrikyo, Hamas, Hizbullah, Tamil Eelam bahkan al-Qaeda mempunyai tujuan yang diterjemahkan lewat filosofi pemilihan sasaran tertentu dalam setiap aksinya.

Walaupun selalu mengusung jargon Khilafah Islam, ISIS ini ternyata bukanlah sebuah organisasi Islam, apalagi bernafaskan Islam, karena apa yang mereka perbuat sangat jauh dari nilai-nilai ke-Islaman. ISIS ini tak ubahnya seperti gerombolan liar para maniak penyuka kekerasan. Bagaimana mungkin ada manusia normal yang tega menyembelih seorang manusia yang sama seperti dirinya sendiri, lalu mempertontonkannya kepada orang lain.  

Posisi ISIS di Suriah kini semakin terdesak, dan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk ditumpas habis. Kini ISIS yang terdesak merobah strategi dengan mengaktifkan para pengantin bom bunuh diri di seluruh dunia. Sebagian besar para mujahidin ISIS ini memang tidak mungkin lagi dapat berangkat ke Irak/Suriah karena situasinya tidak memungkinkan. Pos-pos penjagaan diperbatasan Irak/Suriah sudah dijaga dengan ketat oleh tentara pemerintah.

Itulah sebabnya ISIS menyerukan kepada seluruh anggotanya diseluruh penjuru dunia agar berjihad dengan melakukan aksi teror di lingkungan mereka masing-masing demi terwujudnya kekhilafahan Islam dimuka bumi ini. Walau bagaimanapun, pola serangan brutal gaya baru ISIS ini membuka wawasan baru dalam menyikapi tindakan anti teror yang selama ini diterapkan oleh pihak keamanan di seluruh dunia. Tidak ada lagi tempat-tempat strategis yang harus diawasi dengan ketat, karena semua tempat kini strategis menjadi tempat aksi teror.

Teror di gedung parlemen dan makam Khomeini di Teheran, Bom panci di Kampung Melayu, Bom pada iring-iringan pemakaman jenazah di Afghanistan, Aksi menabrak pejalan kaki di trotoar London Bridge dan penikaman warga di Borough Market adalah sebuah keanehan yang tak pernah dilakukan oleh organisasi-organisasi teroris sebelumnya. Aparat keamanan kini terpaksa harus bekerja keras untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Bagi aparat kepolisian yang berada di lapangan, mau tak mau kini mereka harus merobah paradigma mereka ketika terperangkap dalam menghadapi sebuah aksi teror di lapangan. Situasi di lapangan tidak selalu bisa diprediksi, apalagi dalam sebuah konflik di wilayah pemukiman warga. Terlambat mengambil tindakan, nyawa warga sipil bisa melayang. Ini akan menjadi ujian yang sangat berat bagi petugas di lapangan, karena bisa saja mereka “salah orang”

Polisi di London dipuji karena mereka bertindak cepat dan tepat. Polisi segera menembak mati para teroris hanya dalam waktu 8 menit setelah laporan pertama diterima. Tindakan polisi tersebut berhasil menghindarkan korban yang jatuh semakin bertambah. Akan tetapi pihak intelijen mendapat kecaman keras karena sebagian dari teroris itu sudah teridentifikasi, tetapi kemudian dilepaskan karena kurang cukup bukti. Ini memang situasi yang sangat sulit seperti “fenomena ayam dan telur”

Ini juga yang menjadi kendala Kepolisian/Densus 88 dalam bertindak untuk mengantisipasi setiap ancaman teror. Hal ini terkait dengan isu HAM dan dukungan dari beberapa tokoh/kelompok tertentu yang sering memanfaatkan isu terorisme ini demi keuntungan pribadi. Kita berharap semoga RUU Anti Terorisme yang baru segera terealisasi agar bisa memudahkan aparat keamanan bertindak preventif untuk mencegah setiap tindakan terorisme.

Cegah, Tangkal dan Patahkan!!!

Bravo Densus88 dan Kepolisian RI!

Reinhard Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun