Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dua Tahun Tak Lama, Hanya Sekejap Saja...

28 Mei 2017   11:00 Diperbarui: 28 Mei 2017   11:10 2352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Megapolitan - Kompas.com

Musuh dari musuh kita, adalah teman kita,” merupakan fenomena baru lainnya gegara Ahok ini! Kini para rampok, maling, calo, pemburu rente dan penipu yang selama ini saling sikut agar bisa bergentayangan di DKI, akhirnya bersatu padu dengan segala cara untuk menyingkirkan Ahok. Gelombang aksi demo dan kegaduhan ini, baru berakhir setelah Ahok berada dalam tahanan. Artinya, kalaupun nanti hakim di Pengadilan Tinggi memvonis bebas Ahok, maka sekuel gelombang aksi demo dan kegaduhan pasti akan mulai lagi. Sebagai tanggung jawab sosialnya kepada warga, Ahok pun kemudian mengabaikan haknya untuk banding...

Ketika Ahok kemudian “bersemedi” di penjara, maka para bandit itu pun kehilangan musuh utama mereka. Suasana pun kembali seperti semula, sama seperti ketika Ahok “masih ditelan bumi.” Para bandit pun kemudian mulai bersaing untuk bergentayangan memangsa proyek, Bansos dan anggaran lainnya. Kini Ahok tersenyum di penjara melihat para musuhnya tersebut mulai saling tikam untuk meraup rezeki! Tiba-tiba saja sudah ada orang yang mengkavling reklamasi. Proyek RPTRA sudah di kavling sang Arsitek yang kemarin tidak dapat proyek ketika Ahok berkuasa! Pedagang PKL dan parkir pun sudah di kavling lagi oleh jawara lama....

Ketiga, Makna Politik

Ahok adalah fenomenal, dan tak ada nama yang lebih hebat daripada nama Ahok dalam kancah politik Indonesia. Bahkan nama Ahok juga laku dijual pada bursa pemilihan Ketua PBB (UN) kalau dia berminat mengikutinya. Dunia politik Indonesia dipenuhi dengan politik dagang sapi, bancakan dan politik uang. “Ada uang ada suara” adalah semboyan yang akrab ditelinga masyarakat Indonesia. Kalau berminat untuk “nyalon” Walikota/Bupati untuk daerah tingkat II kelas menengah, setidaknya dibutuhkan dana berkisar Rp 20 miliar!

Uang untuk membeli suara saja ternyata tidak cukup. Para kandidat itu terpaksa “melacurkan diri” keluar masuk kampung untuk mengikuti semua hajatan agar dikenal masyarakat. Dikenal dan uang banyak saja ternyata belum cukup juga! Kandidat masih membutuhkan restu dengan mahar yang tidak murah dari parpol pendukung. Setelah itu, kandidat juga perlu dukungan doa dari “Orang-orang suci” dan pemuka agama. Untuk itu kandidat harus “menyucikan dirinya” terlebih dahulu, setidaknya sampai hari pencoblosan tiba...

Ahok adalah fenomenal dan Ahok tidak membutuhkan semuanya itu. Satu juta suara dukungan tanpa biaya adalah salah satu bukti kehebatan Ahok. Ribuan karangan bunga, balon dan nyala lilin dari seluruh dunia adalah bukti kehebatan Ahok lainnya! Coba renungkan sejenak dan tanya di dalam hati, adakah anak negeri ini yang pernah mendapatkan penghormatan sehebat Ahok itu? Kini di tempat “pertapaannya” fenomena Ahok semakin menggila. “Ruh” namanya kini melegenda seperti “Gandhi, Ayatolla Khomeini, Mandela, Castro atau Soekarno” yang justru jauh melampaui kemampuan Ahok itu sendiri!

Penjara adalah “kawah Candradimuka” bagi para politisi jempolan. Revolusi Iran tidak akan terjadi kalau Khomeini tidak berada di tempat pembuangan. Gandhi mengusung kemerdekaan India justru dengan “ketidak berdayaannya”. Kalau Mandela tidak dipenjara, Afrika Selatan tidak akan pernah “merdeka!” Penjara adalah neraka bagi orang lain, tetapi tidak bagi Ahok. Fisiknya terkurung, tetapi jiwa dan “ruh kebesaran namanya” justru semakin bergelora....

Keempat, Makna Sprituil

Tertulis dalam kitab Pengkhotbah 3:1+11, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya...” Ini memang waktu yang tepat bagi Ahok untuk “berlibur,” lepas dari segala kegaduhan politik dan konflik sosial. Bagi para koruptor dan bandit, penjara memang menjadi siksaan karena mereka tidak bisa melampiaskan hasrat bejatnya dengan segala selingkuhannya. Akan tetapi Ahok datang ke penjara dengan mendapatkan kehormatan penuh dari masyarakat, dunia internasional serta para penjaga yang tak pernah lupa mengajaknya untuk berfoto bersama.

Penjara adalah “tempat sprituil” dimana justru “perjalanan sejarah akan dimulai!” Bagi Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Gandhi, Mandela dan tokoh-tokoh kelas dunia lainnya, penjara merupakan tempat “pelancongan” untuk merenungkan dan menuliskan kisah-kisah inspiratif yang dapat mengubah perjalanan nasib suatu bangsa. Raganya memang terkurung, tetapi jiwanya akan selalu bebas pergi kemana pun dia mau. Dia tidak perlu takut, karena dia berjalan dengan pelita kebenaran, kesetiaan dan kepatuhan. Itulah yang membuatnya fenomenal dan selalu ada di hati orang-orang yang mencintainya....

Era Reformasi kemudian melahirkan tokoh-tokoh seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah, Anas Urbaningrum, Patrialis Akbar dan para maling lainnya yang membawa negeri ini menuju kekelaman. Akan tetapi, sejarah akan terus berjalan untuk menemukan setidaknya seorang tokoh yang dapat mengubah arah perjalanan sejarah tersebut. Sejarah itu telah disemai, sama seperti pada era sebelum kemerdekaan dulu. Dua tahun lagi sejarah tersebut akan berbuah dan akan matang untuk dipanen....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun