Pertama. Dokumen TPF adalah milik Negara!
Dokumen TPF itu dibentuk melalui kepres dan hasilnya ditujukan kepada presiden. Pak Beye mohon maaf, dokumen itu adalah milik negara! Dan bapak itu sekarang adalah “Mantan presiden”Jadi supaya jangan terjadi kegaduhan, dan anak mahasiswa jangan demo terus, maka sebaiknya dokumen milik negara itu diberikan kepada “The real president!”
Kedua. Pak Beye yang mantan presiden ini memang suka baper!
Pak Beye sudah tahu persoalan ini menggelisahkan masyarakat, tetapi mengapa malah berkomentar “Jaka sembung bawa golok” di twitter? Orang hanya mau tahu, adakah dokumen asli padanya atau tidak! Kalau memang hilang katakan hilang!
Ketiga. “Bapak kencing berdiri anak kencing berlari”
Saya jadi kepikiran soal polemik Roy Suryo yang membawa barang-barang invetaris negara dari rumah dinas. Walaupun sudah berkali-kali diperingatkan, Roy Suryo tidak pernah mau menanggapi. Entahlah, apakah ini memang standar pada kabinet Indonesia Bersatu dulu, atau memang karena sang anak hanya ingin mencontoh sang bapak.
Keempat. Betapa amburadulnya Pemerintahan SBY!
Tidak bisa dibayangkan kalau Istana Kepresidenan kemalingan! Ada yang menggondol dokumen asli TPF Munir dari istana! Tidak bisa dibayangkan pernyataan mantan Mensetneg yang katanya akan mencari dokumen tersebut bersama tim Kabinet Indonesia Bersatunya itu, apalagi telah terjadi banyak pergantian pejabat terkait.
Ahirnya kita tersadar, apa sebenarnya yang telah terjadi selama satu dekade ini. kita bukannya melangkah kedepan tetapi berjalan mundur kebelakang! Kalau dokumen negara menghilang di Istana, tidaklah heran kalau Ambalat bisa dirampok Malaysia! Satu dekade ini kita menjadi bahan ledekan tetangga yang menyatroni ikan-ikan kita justru di perairan kita sendiri, Astaga!
Yang lalu biarkanlah berlalu. Yang mantan juga biarkanlah berlalu tanpa perlu dirindu....
Reinhard Freddy