Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi “Senyum Mas Ganteng” Pasangan Agus-Sylviana

19 Oktober 2016   21:07 Diperbarui: 20 Oktober 2016   00:56 1417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini yang nyagub sebenarnya siapa sih? Bapak atau anak?

Jadi begini kisah sebenarnya para pembaca yang terhormat. Berhubung penyakit Post power Syndrome lagi trend dan ramai diminati para tetua di negeri ini, seperti Amien Rais dan Yusril misalnya, ternyata trend tersebut mampir juga ke Padepokan Cikeas. Karena syahwat politik ternyata tidak pernah kendur di negeri ini, pak Beye pun ternyata gatal juga pingin turun gunung untuk mengajari Ahok bagaimana cara menata Jakarta dengan baik dan benar.

Lho, kalau begitu kenapa pak Beye tidak langsung nyagub saja, soalnya mas Agus ini juga kelihatan seperti terpaksa gitu lho nyagubnya. Menurut info yang kurang layak dipercaya, penyebab utamanya terletak pada Ilmu Pamungkas “Senyum Mas Ganteng perontok sukma” itu, yang menuntut kekuatan, ketahanan dan kelenturan bibir pelantunnya.

Harap maklum pembaca, namanya juga kalau sudah berumur, semuanya pada kendur dan saraf-saraf tidak sekuat dulu lagi, dan rawan terkena penyakit “mononeuropati” terutama pada saraf ketujuh (saraf fascialis) yang mengakibatkan kelumpuhan otot pada wajah sehingga bibir menjadi mencong (Bell’s Palsy)

Akibatnya senyum mejadi “sepet” dan tidak menawan lagi. Kalau sudah begini, resep turun temurun warisan nenek moyang itu menjadi “Edi tansil” dan membawa sial!

Ahirnya mereka berbagi tugas. Pak Beye yang mikir, Agus cuma senyum, senyum dan senyum.

Ya sudah, mari kita semuanya tersenyum....

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun