Sebenarnya itu adalah hal yang sangat luar biasa! Masyarakat itu seperti “Tarzan” yang tanpa takut mampu membabat hutan, lalu menyulapnya menjadi kebun sawit!
Menumbuhkan sawit di diareal hutan pegunungan membutuhkan ketrampilan dan keteguhan hati yang extra luar biasa. Celeng, landak, tupai dan binatang buas lainnya suka merusak bibit sawit tersebut. Akan tetapi para “tarzan” tersebut rela bermukim ditengah hutan tersebut untuk merawat tanaman itu!
Itulah sebabnya saya amat sangat yakin, kalau proyek restorasi ini melibatkan para “tarzan” maka kemungkinan besar proyek itu akan berhasil. Sengon, Mahoni, Meranti dan tanaman hutan lainnya jauh lebih gampang diurus daripada sawit.
Pada ahirnya ketika hutan dikawasan danau Toba itu sudah menghijau, maka yang paling mendapat manfaat adalah penduduk sekitar juga. Akan banyak wisatawan yang ingin mendaki dan menikmati alam pegunungan hutan itu. Para “Tarzan” itu bisa menjadi tour guide (pemandu) porter, maupun penyedia jasa wisata dikawasan hutan tersebut.
Dengan demikian kawasan danau Toba tidak hanya menawarkan wisata air dan wisata budaya saja, akan tetapi juga wisata hutan pegunungan Tropical rainforest (Hutan hujan tropis) dengan kekayaan flora dan fauna yang beragam. Mungkin nama “Monaco of Asia” memang kurang tepat bagi kawasan ini.
Nama yang tepat adalah, “Batak Tropical Rainforest, the exotic hidden Nirvana of Indonesia”
Sebuah kawasan Hutan pegunungan yang berbatasan dengan THGL (Taman hutan Gunung Leuser) di utara hingga perbatasan Sumatera Barat di selatan. Ditengahnya ada sebuah danau vulkanik terbesar didunia yang bernama, danau Toba.
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H