Bagaimana dengan ekosistem lingkungan hutan itu kelak? Tidak ada yang perduli! Berapa banyak gajah, harimau dan satwa-satwa maupun vegetatif yang tak ternilai lainnya ikut musnah akibat dari perubahan itu? Adakah yang memikirkan dampak perubahan temperatur, geologi, klimatologi dan naiknya permukaan air laut akibat dampak tersebut?
Kemanakah para ahli geologi, insinyiur, planologi dan ahli-ahli lainnya yang ber-agama itu? Setiap tahun jumlah mereka bertambah, tetapi kerusakan alam semakin bertambah juga.
Mahluk ber-agama itu tidak takut akan bencana. Mereka lebih takut “Tidak-makan”, “Tidak-kaya”, “Tidak punya mobil bagus”, “Tidak punya rumah besar” atau “Takut tidak terkenal”
Para Ahli ekonomi juga mengerti hukum “Supply and Demand” yang harus dijaga. Ketika terjadi “Over supply” harga otomatis akan turun, revenue juga akan turun. Ketika terjadi “Demand” yang tinggi, supply yang berlebihan juga bukan solusi yang baik, karena akan mengakibatkan terjadinya over supply. Kini saatnya sejenak melupakan “agama” dan merenungkannya. Agamakah yang salah atau implementasinya yang salah, karena seharusnya agama itu membuat kehidupan lebih baik dan berguna bagi manusia dan lingkungannya.
Kini saatnya seluruh manusia ber-agama itu berkumpul bersama, dan sejenak melupakan perbedaan “akidah” maupun “liturgi” diantara mereka. Mereka harus bersama-sama mengambil bagian dan peran untuk memperbaiki dan merawat bumi tempat mereka tinggal bersama. Dan setelah itu semuanya selesai, barulah mereka memikirkan “urusan agama” mereka masing-masing.
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H