Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Brexit, Trump, dan Hodgson

30 Juni 2016   15:39 Diperbarui: 30 Juni 2016   15:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa hubungan antara Brexit, Trump dengan Hodgson? Yeah, seperti Inggris yang keluar dari Uni Eropa, Hodgson juga “mengundurkan” diri dari turnamen Piala Eropa! Dan sama seperti Trump yang kontroversial dan dimaki diseluruh dunia, Hodgson juga dimaki diseluruh dunia. Setelah Hodgson mengundurkan diri dari jabatan manager timnas Inggris, orang-orang juga berharap Trump mau mengundurkan diri dari pilpres USA. Tentu saja pengunduran diri mereka berdua akan diterima dengan senang hati.

Latar belakang Brexit adalah imigran, sedangkan bagi Trump adalah guna mendongkrak publisitas dalam pilpres. Lalu apa latar belakang Hodgson meninggalkan Piala Eropa?

Sama seperti Trump, Hodgson adalah orang yang penuh kontroversi, “stubborn” dan rasis!

Hodgson bukan rasis terhadap kemanusiaan, tetapi rasis kepada “permainan sepakbola” itu sendiri. Mengapa Hodgson sampai “rasis” begitu?

Yang pertama tentu saja mengacu kepada “Hasil kualifikasi Eropa” yang sempurna, 100% kemenangan! Belum pernah Inggris meraih hasil sempurna di penyisihan grup sebelumnya.

Hal itu membuat Hodgson selalu tersenyum, bahkan ketika tidur! Dia merasa jumawa dengan hasil yang dicapainya sehingga ia merasa seperti “Neo-Nazi” sehingga meremehkan tim lain, dan tidak merasa perlu mendengar saran orang lain.

Yang kedua, dia terlalu “Overconfidence!” Dalam pertandingan pertama melawan Rusia, dia membuat komposisi aneh. Tentu saja itu adalah hak mutlak dia sebagai pelatih. Dan tentu saja tidak akan ada yang memprotesnya sekiranya hasilnya bagus. Ketika hasilnya buruk, dia pun menuai kecaman. Akan tetapi ketika “keledai” mengatakan tidak ada keledai yang terperosok kelubang yang sama dua kali, Hodgson hanya tertawa, padahal dia melakukannya empat kali! Ahirnya Islandia “mengusirnya” dari Paris!

Ahirnya pepatah mengatakan, “Pikir itu pelita hati” Menggunakan akal budi dan mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik menjadikan seseorang lebih bijaksana. Itulah sebabnya Orang yang menggunakan otaknya untuk berfikir akan selalu dapat mengatasi kesukaran yang dihadapinya.

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun