Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketika Harga Gula Terlalu Manis...

8 Juni 2016   13:49 Diperbarui: 8 Juni 2016   13:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pedagang penjual ke pengecer dipasar itu bukanlah spekulan! Mereka hanya pengusaha “ekolem” bermodal “DO Gula”selembar, sekitar 5 ton perhari atau untuk dua hari. Biasanya mereka memakai pick-up atau box untuk mengecer ke pasar. Rumus hitungannya dengan Pedagang Besar pun mirip dengan pengecer. Kondisi normal ada kelonggaran. Pada kondisi genting, harus bayar dulu!

Yang terjadi sekarang ini, Gulaimpor memang sudah masuk. Gudang bahkan sudah penuh, tapi bukan gudang gula. Gudang lain yang dipakai untuk menimbun gula. Pada bulan puasa ini, gula tetap masuk kepasar seperti biasa. Akan tetapi, Harganya sudah naik plus sistim pembayarannya adalah Bayar dulu, baru barang diantar belakangan, dan harus rela bersabar! Dampak psikologisnya jelas, Harga langsung meroket karena stok tipis!

Kalau Pengecer dan Pedagang bisa dipastikan bebas dari “sakit gula” maka kita akan tertarik melihat Pedagang Besar pemilik DO Gula. Kalau kondisi ini hanya dilakukan kumpulan Pedagang Besar saja, bisa dipastikan kenaikan harga hanya sedikit. Tapi kalau kondisi ini dikoordinasikan dalam sebuah kartel yang besar, ini lah kondisi yang terjadi pada saat sekarang ini.

Untuk mengkondisikan kenaikan harga yang luar biasa ini, diperlukan Biaya, Gudang, Koordinasi, dan Analisa mendalam yang sangat cermat. Para Pedagang Besar saja tidak akan sanggup mengatrol harga sedemikian tinggi. Perlu “Duit Menganggur” yang sangat besar untuk memainkan “Simfony orkestra Harga ini!”

Ini adalah “Mega Proyek” yang melibatkan dua kutub. Kutub Finansial tak terbatas dan kutub PedagangBesar/Importir. Sejak jaman dulu para Pedagang Besarnya, mereka-mereka itu juga. Mereka paham betul seluk beluk bisnis yang mereka jalankan, walaupun aliansinya mungkin saja berganti.

Kutub Finansial tak terbatas menyerbu bagaikan Lebah. Mereka tidak kenal Teritorial atau zonasi. Dia akan menyengat komoditas-komoditas yang bisa disengat seperti Gula, Beras, Daging, Terigu, bahkan bila perlu Rupiah! Yang mereka perlukan hanyalah Pebisnis yang paham betul bisnis yang ditekuninya. Bagaikan Lebah, sistimnya “Hit and run!” Sengat, lalu pergi!

Lebaran tahun depan juga mungkin akan begini. Yang berjualan di pasar, pedagang kecil, pedagang besar dan Importir, orangnya tetap yang itu-itu juga. Pembeli, yang mengeluh, Penulis artikel dan pembaca, orangnya tetap yang itu-itu juga. Tapi “Lebahnya”mungkin akan berganti. Tapi saya tetap penasaran untuk melihat “Lebah” itu,Karena dia mampu membuat semuanya tak berdaya... 

 

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun