Pedagang penjual ke pengecer dipasar itu bukanlah spekulan! Mereka hanya pengusaha “ekolem” bermodal “DO Gula”selembar, sekitar 5 ton perhari atau untuk dua hari. Biasanya mereka memakai pick-up atau box untuk mengecer ke pasar. Rumus hitungannya dengan Pedagang Besar pun mirip dengan pengecer. Kondisi normal ada kelonggaran. Pada kondisi genting, harus bayar dulu!
Yang terjadi sekarang ini, Gulaimpor memang sudah masuk. Gudang bahkan sudah penuh, tapi bukan gudang gula. Gudang lain yang dipakai untuk menimbun gula. Pada bulan puasa ini, gula tetap masuk kepasar seperti biasa. Akan tetapi, Harganya sudah naik plus sistim pembayarannya adalah Bayar dulu, baru barang diantar belakangan, dan harus rela bersabar! Dampak psikologisnya jelas, Harga langsung meroket karena stok tipis!
Kalau Pengecer dan Pedagang bisa dipastikan bebas dari “sakit gula” maka kita akan tertarik melihat Pedagang Besar pemilik DO Gula. Kalau kondisi ini hanya dilakukan kumpulan Pedagang Besar saja, bisa dipastikan kenaikan harga hanya sedikit. Tapi kalau kondisi ini dikoordinasikan dalam sebuah kartel yang besar, ini lah kondisi yang terjadi pada saat sekarang ini.
Untuk mengkondisikan kenaikan harga yang luar biasa ini, diperlukan Biaya, Gudang, Koordinasi, dan Analisa mendalam yang sangat cermat. Para Pedagang Besar saja tidak akan sanggup mengatrol harga sedemikian tinggi. Perlu “Duit Menganggur” yang sangat besar untuk memainkan “Simfony orkestra Harga ini!”
Ini adalah “Mega Proyek” yang melibatkan dua kutub. Kutub Finansial tak terbatas dan kutub PedagangBesar/Importir. Sejak jaman dulu para Pedagang Besarnya, mereka-mereka itu juga. Mereka paham betul seluk beluk bisnis yang mereka jalankan, walaupun aliansinya mungkin saja berganti.
Kutub Finansial tak terbatas menyerbu bagaikan Lebah. Mereka tidak kenal Teritorial atau zonasi. Dia akan menyengat komoditas-komoditas yang bisa disengat seperti Gula, Beras, Daging, Terigu, bahkan bila perlu Rupiah! Yang mereka perlukan hanyalah Pebisnis yang paham betul bisnis yang ditekuninya. Bagaikan Lebah, sistimnya “Hit and run!” Sengat, lalu pergi!
Lebaran tahun depan juga mungkin akan begini. Yang berjualan di pasar, pedagang kecil, pedagang besar dan Importir, orangnya tetap yang itu-itu juga. Pembeli, yang mengeluh, Penulis artikel dan pembaca, orangnya tetap yang itu-itu juga. Tapi “Lebahnya”mungkin akan berganti. Tapi saya tetap penasaran untuk melihat “Lebah” itu,Karena dia mampu membuat semuanya tak berdaya...
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H