Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden-presiden RI di Mata Seorang Rakyatnya (Era Reformasi)

31 Mei 2016   20:32 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:00 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : ysulaiman.blogspot.com

Walaupun tidak menjabat sebagai presiden lagi, Gus Dur tidak pernah kehilangan pesonanya. Hanya para pembisiknya saja yang dalam sekejab mata kehilangan pesonanya! Ketika beliau diwawancarai oleh wartawan, saya selalu menunggu detik-detik pertanyaan “usil wartawan” atau komentar Gus Dur terhadap pernyataan “orang poros tengah” Jawaban Gus Dur akan menghasilkan kenikmatan tiada tara bagi pendengarnya, diahiri dengan statement, “Gitu aja koq repot...” Gus Dur memang seorang tokoh besar, akan tetapi dia bukan terlahir untuk menjadi seorang presiden!

 Megawati

Kalau dulu Ibu Mega berpidato atau diwawancarai oleh wartawan, saya selalu cemas dan was-was, takut ada yang “salah ucap atau salah pengertian antara yang bertanya dengan yang menjawab” Hal itu membuat saya tidak suka menonton ibu Mega di tv. Mungkin saya terkesan  menjadi “seorang rakyat yang kurang ajar” tapi sumpah, saya juga takut berbohong!

Akan tetapi kemudian, setelah beliau tidak lagi menjabat sebagai seorang presiden, saya sangat tertarik untuk mendengar opini dan pendapat beliau mengenai situasi perpolitikan tanah air. Kini beliau memang sangat banyak berobah. Lebih “wise” dan terkesan hangat.  

Megawati adalah PDIP dan PDIP adalah Megawati. Keduanya selalu sinergi seperti “Dwitunggal ABRI” Adalah wajar jika banyak orang yang bertanya mengenai “mekanisme politik” Ibu Mega.

Ketika mereka memenangi pemilu, mereka kemudian terkapar. Karena terlalu “sombong” dan kurang jam terbang, mereka kemudian “diserempet” poros tengah!

Kemudian suratan takdir berbicara lain. pucuk dicinta ulam tiba. Akan tetapi pelajaran berharga ketika gagal untuk pertamakali menjadi presiden, masa “magang” ketika menjadi wapres dan ketika menjabat presiden, gagal dimaksimalkan oleh Ibu Mega. Salah satu penyebab terbesarnya adalah, Ibu Mega tidak pernah bisa lepas dari bayang-bayang PDIP!

Sekalipun beliau adalah ketua partai, beliau harus sadar akan jabatannya sebagai seorang presiden dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk bagi yang membenci partai politik sekalipun.

Itulah sebabnya beliau bisa “ditelikung” seorang “Jenderal pesolek” pilihan ibu-ibu, padahal Ibu Mega adalah seorang Ibu juga!

Soekarno adalah PNI. Akan tetapi Soekarno adalah milik semua rakyat, bahkan PKI juga termasuk yang merasa memiliki Soekarno! Apakah Soeharto Golkar? Tidak! Golkar adalah kaki tangan Soeharto, karena Soeharto adalah “Bapak pembangunan!”

Habibie memang bukan seorang politisi, itulah sebabnya ia tidak mampu menjadi presiden lagi. Gus Dur karena kondisinya memang sebenarnya “tidak pantas” menjadi presiden RI, akan tetapi beliau seorang Guru besar dan seorang Negarawan sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun