Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Cerita Reformasi

26 Mei 2016   19:15 Diperbarui: 26 Mei 2016   19:25 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: gurindamkehidupan.wordpress.com

Era reformasi memang begitu. Kemarin ada kehebohan di sosmed soal pemutaran film nasional.

Temanku berusaha berjuang keras agar dapat tiga kali menonton film tersebut, dan dia mengaku tetap gagal paham, mengapa film tersebut digandrungi orang-orang!

Peluncuran buku juga begitu. Belum apa-apa sudah habis, belinya harus rebutan! Tetapi aku sudah jungkir balik membacanya, termasuk mencoba membaca dari tengah balik ke depan, kemudian mencoba membaca pakai cermin, tetapi aku bernasib malang... aku tetap gagal paham mengapa buku ini digandrungi orang-orang!

Mungkin diperlukan satu era lagi agar negeri ini nyaman untuk ditinggali bersama tanpa rasa curiga.

Perasaan “Nalar” anak reformasi memang lebih rendah dari anak Orba, bahkan anak Orla! Tetapi anak reformasi “gaungnya” lebih kenceng karena mereka banyak bacot. Tong kosong memang nyaring bunyinya!

Reinhard Freddy

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun