Sejak era reformasi, kekerasan tidak pernah berhenti mengacak-acak negeri ini.
Ini gara-gara orang-orang gagal paham soal persoalan negeri ini, atau berusaha memanfaatkan kenaifan warga negeri ini, terutama orang-orang poros tengah itu!
Seharusnya reformasi membabat habis Orba sampai ke akar-akarnya seperti yang dilakukan Orba terhadap Orla! Barulah negeri ini akan aman!
Seharusnya Orba itu di “Komuniskan, di-Hantukan dan di-petruskan!” Lalu mereka itu ditempatkan di pulau buru, menggantikan penghuni lama yang di rehabilitasi kembali.
Kalau sudah begini, mana ada yang berani bilang, “Hallo? Piye kabare? Penak jaman ku to lek? Kapok kowe!” Karena kalau sampai ada yang berani ngomong begitu di muka umum, sudah pastilah orang tersebut telah beberapakali gagal hendak bunuh diri!
Orang pun tidak berani lagi berbicara kasar dan arogan, karena pasti dianggap menyimpan “beringin” dirumahnya. Kalau ada hajatan atau acara kawinan, janurnya pasti di cat warna merah atau warna-warna lain, supaya kelihatan lebih “sopan” Siapa yang berani men-sweeping orang lain dijalanan? Pastilah tidak mungkin! Karena mereka itu pasti akan dikejar “polisi khusus” karena mereka akan dianggap “Hantu” lalu dimasukkan ke dalam botol! Nasib merekapun pastilah tidak jelas, karena wajah mereka hanya ada dalam lukisan sketsa di kanvas!
Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur! Dan semuanya sudah bercampur baur. Tak jelas siapa kawan siapa lawan. Tak tahu siapa pro dan kontra. Yang ada hanya kepentingan! Kalau kurang penting, acuhin saja. Kalau kepentingan berbeda, kita jadi musuhan. Tapi kalau kepentingan itu terasa sangat penting, kenapa tidak kita atur saja? Itu akan lebih afdol kalau kita satu tim!
Apa sajakah yang dianggap hebat pada era reformasi ini? Hedonisme jelas telah merasuki warga negeri ini. Harta, jabatan dan populeritas adalah ukuran prestasi seseorang. Kini orang bergaya bak selebriti, termasuk yang dibidang agama dan pendidikan. Kini semua terasa menjemukan! Orang hanya berkata-kata tanpa berbicara. Mendengar tanpa menyimak. Melihat tanpa mengamati.
Lihat saja acara Debat atau talk-show di tv. Satu jam kita menonton acara tersebut, tetapi tetap gagal paham, topik apa sebenarnya yang sedang dibahas! Semua peserta berebut berbicara dengan nada tinggi. Moderator tidak mampu menjaga ritme debat, karena dia juga tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk mengupas topik yang dibahas. Setelah satu jam “berisik” ahirnya acara ditutup dengan bersalaman sambil cengengesan.
Pemirsa terkaget, acara rupanya telah selesai tanpa sebuah jawaban. Apa yang mau dijawab kalau pertanyaannya sendiri tidak dimengerti? Lah dari tadi itu ngapain? Tapi acara tadi itu ratingnya tinggi! Ntar di twitter orang-orang pada nanya ke host, potongan rambutnya cakep, itu baju beli dimana?