Mohon tunggu...
Choirul Umam
Choirul Umam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berambisi menjadi seorang Jurnalis yang berkualitas dan berguna bagi bangsa dan negara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Pembaharuan Islam dan Tokoh Penting di Dalamnya

2 Januari 2024   13:03 Diperbarui: 2 Januari 2024   13:24 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/6pGHykusxP3PJWA69

Sejarah Islam di Indonesia, sebuah negara dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam, mencatat perkembangan dan dinamika yang kaya sejak masuknya agama ini pada abad ke-7. Islam pertama kali memasuki Indonesia melalui jalur perdagangan dan dakwah ulama, membawa bersama perubahan signifikan dalam tatanan sosial dan keagamaan. Interaksi Islam dengan budaya lokal dan pengaruh ajaran dari berbagai wilayah dunia menghasilkan keberagaman praktik keagamaan dan pemahaman Islam di Indonesia.

Salah satu bagian penting dalam sejarah Islam Indonesia adalah munculnya Gerakan Pembaharuan Islam. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, gerakan-gerakan modernis seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) lahir sebagai respons terhadap tantangan perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Muhammadiyah dan NU berkomitmen untuk mengembalikan nilai-nilai Islam yang otentik, sambil memperbaharui pemahaman terhadap ajaran agama. Dengan berusaha memadukan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai modern tanpa menghilangkan akar tradisional, gerakan ini memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan identitas Islam di Indonesia.

 

Tokoh-tokoh Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

1. Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amirullah atau Buya Hamka pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dari pasangan Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Siti Safiyah Binti Gelanggar yang bergelar Bagindo nan Batuah. Buya Hamka merupakan  salah satu tokoh utama dari gerakan pembaharuan yang membawa reformasi Islam (kaum muda).Nama Hamka sendiri merupakan akronim dari namanya, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, sedangkan sebutan Buya adalah panggilan khas untuk orang Minangkabau. Kata Buya sebenarnya berasal dari kata abi, atau abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau orang yang dihormati. Ia banyak melakukan perjalanan yang terpenting diantaranya ke Malaya dan ke Jawa. Dalam kunjungannya ke Jawa Haji Abdul Karim Amrullah berinteraksi dengan pimpinan Syarikat Islam dan Muhammadiyah.

Haji Abdul Karim Amrullah lah yang  Memperkenalkan Muhammadiyah di Minangkabau.

2. KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta dengan menyandang nama kecil Muhammad Darwis. Ayahnya bernama, KH. Abubakar seorang khatib masjid besar di Kesultanan Yogyakarta, ibunya bernama Siti Aminah seorang anak penghulu. KH. Ahmad Dahlan sudah mendapatkan pendidikan pesantren serta menyerap pengetahuan agama dan bahasa Arab. Kisah KH.Ahmad Dahlan bermula saat ia berusia 15 tahun yang sedang menetap di Mekkah, lalu ia berinteraksi dan tersentuh dengan para pembaharu Islam. Saat itu, dia merasa perlunya adanya pembaharuan Islam di kampungnya, yang masih berbaur sinkretisme dan formalisme. Hal pertama yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan yaitu mengubah arah kiblat yang sebenarnya, kemudian mengajak memperbaiki parit.

KH Ahmad Dahlan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Indonesia. Beliau merupakan pendiri Muhammadiyah, organisasi Islam yang berperan penting dalam pendidikan, sosial, dan dakwah di Indonesia. Muhammadiyah mempromosikan modernisasi Islam, pendidikan umum, serta pemberdayaan masyarakat. 

3. Ahmad Surkati

Ahmad Surkati lahir di pulau Arqu, daerah Dunggulah, Sudan pada 1875. Ia pernah belajar di Al-Azhar (Mesir) dan Mekkah, lalu pindah ke Jawa pada Maret 1911. Kisah bermula saat Surkati meminta Jami’at Khair, organisasi yang didirikan oleh warga keturunan Arab di Jakarta untuk mengajar. Karena ketidakcocokan, dia keluar dan mendirikan madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah di Jakarta pada 6 September 1914. Tujuan organisasi ini adalah memurnikan Islam dan juga bergerak dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Soekarno mengatakan Surkati merupakan tokoh yang ikut mempercepat lahirnya kemerdekaan Indonesia. Selain sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan Islam, Syaikh Ahmad Surkati juga seorang penulis. Dengan latar belakang sebagai penyandang gelar al-Allamah dan kegemarannya membaca berbagai kitab, dia mampu menulis tentang berbagai cabang ilmu agama Islam seperti akidah, ibadah, kandungan AlQur’an dan Al-Hadits.

4. Ahmad Hassan

Ahmad Hassan atau Hassan bin Ahmad, lahir pada 1887 di Singapura keluarga campuran Indonesia dan India. Kisahnya dimulai setelah pabrik kastilnya tutup, lalu ia bergabung dalam Persatuan Islam (Persis). Ia bertemu dengan Mohammad Natsir yang menjadi toho penting Persis. Mereka mendirikan pesantren Persis, yang bertujuan untuk membentuk kader, yang kemudian dipindahkan ke Bangil, Jawa Timur. Persis merupakan organisasi yang berusaha keras memperbaiki umat islam saat itu yang mengalami stagnasi pemikiran dan penuh bid’ah, tahayul, dan khufarat.

Ahmad Hassan adalah satu nama penting di antara deretan nama ulama dan cendekiawan muslim pada masa prakemerdekaan sampai masa awal kemerdekaan RI. Di bidang sosial keagamaan, Ahmad Hassan adalah salah satu tokoh yang aktif memperkuat suatu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yaitu Persatuan Islam. Selain itu, Ahmad  Hassan juga berkiprah di bidang pendidikan dengan mendirikan dan mengelola Pesantren Persatuan Islam.

 

5. Kh. Hasyim Asy'ari

Lahir pada 14 Februari 1871 di Nggedang, Jombang, Jawa Timur. Asy’ri merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Dia mendirikan NU bersama Kyai Wahab Chasbullah pada 31 Januari dengan tujuan mempertahankan faham bermadzhab dan membendung faham pembaharuan. Asy’ari juga merupakan pendiri Pesantren Tebuireng di Jombang, yang dengan pesantren ini ia melancarkan pembaharuan sistem pendidikan agama Islam tradisional. Dalam kurikulumnya ia memperkenalkan pengetahuan dan ditambah dengan bahasa Belanda dan sejarah Indonesia.

Beberapa bidang keilmuan yang di keluarkan KH. Hasyim Asy’ari adalah meliputi bidang pendidikan, akidah (teologi), tasawuf (sufisme), fikih dan hadis. Dalam buku Rifa’i mengatakan bahwa KH. Kholil Bangkalan yang merupakan salah satu guru KH. Hasyim Asy’ari mengakui bila muridnya itu merupakan seorang ahli hadis. Puncak dari pemikiran KH. Hasyim adalah ketika pandangan, keilmuan, dan pengaruhnya dijadikan sebagai nilai dan ruh dari umat kalangan ahli sunnah wa aljamā’ah dan bagaimana nilai tersebut di internalisasikan dan diinstitusionalkan menjadi sebuah organisasi terbesar di dunia, yakni Nahdlatul Ulama (NU).

Sekian Artikel tentang Gerakan Pembaharuan Islam dan Tomoh Penting di dalamnya, Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun