Namun, bagi Kang Juki, keberhasilan terbesarnya bukanlah ramainya warung, melainkan perubahan yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya. Dani, pemuda yang dulu putus asa, kini membuka bengkel kecil dengan modal hasil tabungan dan dukungan pelanggan warung.
"Pak Juki, terima kasih ya. Kalau bukan karena warung ini, mungkin saya masih menganggur," kata Dani suatu hari.
Kang Juki tersenyum hangat. "Dan, kamu sendiri yang berusaha. Warung ini cuma tempatmu mulai. Ingat, semua orang punya hak untuk maju, asalkan mau bekerja keras."
Warung Kang Juki, warung pinggir sawah yang sederhana, telah menjadi simbol kesetaraan. Di sana, tidak ada sekat antara kaya dan miskin, tua dan muda. Semua yang datang membawa cerita, dan pulang membawa harapan. Warung itu mengajarkan satu hal: bahwa setiap perjuangan bisa dimulai dari tempat sederhana, asal hati tetap besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H