Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Desa, Padi dan Burung: Harmoni untuk Swasembada Pangan

20 Januari 2025   15:32 Diperbarui: 20 Januari 2025   19:55 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padi adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Dengan konsumsi beras mencapai rata-rata 114 kilogram per kapita per tahun, tak heran jika padi menjadi komoditas strategis.

Namun, produksi padi nasional masih menghadapi tantangan berat, mulai dari perubahan iklim, serangan hama, hingga ketergantungan pada pupuk kimia.

Menurut data Kementerian Pertanian, produksi beras pada 2023 diproyeksikan mencapai 31 juta ton. Meski angka ini terlihat besar, faktanya Indonesia masih mengimpor beras setiap tahunnya.

Salah satu penyebabnya adalah lemahnya produktivitas lahan yang rata-rata hanya 5 ton per hektar, lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam yang mencapai 7 ton per hektar.

Di sinilah desa memegang peranan. Dengan memperkuat sistem pertanian berbasis organik, memberdayakan kelompok tani, dan memanfaatkan teknologi tepat guna, produktivitas padi dapat ditingkatkan secara signifikan. Namun, ada elemen lain yang jarang dibahas tetapi sangat penting: kehadiran burung.

Burung: Musuh atau Sahabat Petani?

Bagi petani, burung sering kali dianggap musuh. Mereka datang bergerombol, memakan bulir padi yang hampir panen, dan dalam hitungan hari, hasil kerja keras berbulan-bulan bisa lenyap. Tak heran jika burung sering menjadi sasaran usir, bahkan diburu. Namun, apakah burung hanya sebatas perusak?

Dalam ekosistem pertanian, burung sebenarnya memainkan peran yang jauh lebih besar. Sebuah penelitian oleh Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa burung dapat membantu mengendalikan populasi serangga hama secara alami. Misalnya, burung pipit dan walet dikenal sebagai predator alami wereng, salah satu hama utama pada tanaman padi.

Masalahnya adalah, ketika populasi burung menurun drastis akibat perburuan atau hilangnya habitat alami, hama menjadi lebih sulit dikendalikan. Petani akhirnya harus mengandalkan pestisida, yang tidak hanya mahal tetapi juga merusak lingkungan dan kesehatan manusia.

Harmoni Ekosistem: Desa, Padi, dan Burung

Jadi, bagaimana caranya menciptakan harmoni antara desa, padi, dan burung? Pertama, penting untuk mengedukasi petani bahwa burung bukanlah musuh, tetapi bagian dari ekosistem yang saling mendukung. Alih-alih memburu burung, petani bisa menciptakan habitat ramah burung di sekitar sawah, seperti menanam pohon peneduh atau membangun tempat bertengger.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun