Ketakutan terbesar manusia adalah ketidakpastian. Kita lebih nyaman dengan apa yang sudah dikenal, meskipun itu mungkin sudah usang. Ada istilah psikologi yang relevan di sini: status quo bias. Kita cenderung mempertahankan keadaan saat ini karena takut mengambil risiko.
Contohnya, dalam organisasi, sering kali orang ragu mengganti sistem yang sudah berjalan selama bertahun-tahun, meskipun jelas sistem itu tidak lagi efisien. Alasannya? "Ya sudah begini dari dulu." Padahal, jika berani memecah sistem lama dan mencoba yang baru, mungkin organisasi itu bisa berkembang lebih cepat.
Seni Memecahkan dengan Bijak
Memecahkan sesuatu tidak berarti asal-asalan. Ada seni dan strategi di dalamnya. Berikut beberapa prinsip yang bisa Anda terapkan:
Analisis Dulu, Jangan Asal Gebuk
Sebelum memecahkan, pastikan Anda benar-benar memahami apa yang salah. Jangan sampai seperti orang yang mengganti seluruh mesin mobil hanya karena lampu indikator bensin menyala.Libatkan Orang Lain
Memecahkan sesuatu, terutama dalam konteks organisasi atau masyarakat, bukan pekerjaan satu orang. Ajak orang lain untuk berdiskusi, mencari akar masalah, dan merumuskan solusi bersama.Siapkan Alternatif Baru
Jangan hanya memecahkan tanpa menawarkan solusi. Jika ingin mengganti kebiasaan lama, pastikan kebiasaan baru yang ditawarkan lebih baik dan relevan.Berani Mengambil Risiko
Setiap perubahan pasti membawa risiko. Tapi, risiko adalah bagian dari proses menuju perbaikan. Ingat, tidak ada kapal yang dibuat untuk berlabuh selamanya di pelabuhan.
Memecahkan sesuatu sering kali membawa stres. Tapi, humor bisa menjadi pelumas dalam proses yang menegangkan ini. Bayangkan, saat Anda mencoba memperbaiki sistem kantor yang kacau, seorang kolega berkata, "Kita ini kayak pungguk merindukan bulan, tapi bulan pinjemnya di leasing." Kalimat itu mungkin tidak menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya bisa membuat semua orang tertawa sejenak sebelum kembali berpikir keras.
Kesimpulan: Pecah untuk Tumbuh
"Jika tidak pecah, pecahkanlah" bukan ajakan untuk menjadi perusak tanpa arah. Sebaliknya, ini adalah seruan untuk berani menghadapi kebekuan dan menciptakan peluang baru. Dalam hidup, stagnasi sering kali lebih berbahaya daripada perubahan.